Thursday 16 April 2015

Cerpen: Nanti Jadi Api

Nanti Jadi Api 

       Bel istirahat berbunyi, beberapa siswa di sekolahku asyik bermain voli di lapangan. Bak buk bak buk… suara bola voli mengudara di lapangan yang becek. Kala Itu yang bermain adalah siswa laki-laki dan perempuan yang bercampur dari kelas XI IPA 8. “Ayo kasih umpan yang bagus..”, kata Gian. Febri kemudian melakukan umpan kepada gian dan Blassstt…. Suara bola smash gian yang menerjang keras tersangkut di atas pohon manggis. “Eh lo kira-kira dong kalo smash, tuh nyangkut hahaha…” celetuk Febri, teman-teman yang lainpun ikut tertawa. Seketika raut muka gian menjadi berbeda, ia lalu mengajakku pergi ke gudang untuk mengambil galah. Ketika Gian dan aku sudah kembali ke lapangan voli, kami langsung menghampiri pohon manggis untuk mengambil bola yang tersangkut. Saat Gian sedang mengarahkan galah ke pohon, tiba-tiba datang menghampiri kami Seorang Guru Bahasa Jerman yaitu Pak Ahmad, dengan muka yang misterius dan tegang, ia langsung menyeletuk, ”Itu Tumbuhan milik sekolah, itu bukan hak kalian, Jangan kalian ambil, nanti jadi api di perutmu!”. Seketika itu juga Gian langsung menjawab, “kami mau mengambil bola yang tersangkut pak, bukan maling manggis!”. Dengan raut muka yang kebingungan dan aneh, Pak Ahmad langsung berjalan kembali ke ruangannya dengan membawa rasa super-malu.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Total Pageviews

Artikel Terpopuler