Bagi para remaja
di zaman modern ini pasti mengalami peristiwa maupun pengalaman ini. Tak lain
aku, Hanung Pratiwi. Aku sudah 16 tahun aku menapaki kehidupan ini.yang juga
seorang remaja pencari cinta. Sejak aku lahir hingga sekarang belum pernah
sekalipun aku pacaran. Aku ingin berabgi pengalamanku ini kepada orang lain.
Untuk itu kutulis sebuah cerita satu dari ribuan pengalaman hidupku.
Inilah sepenggal
kisah cintaku……
Aku, siswi SMA
yng sedang masanya menjadi anak muda. Tetapi nukan juga aku disebut ABG.
Istilah itu sudah tak berarti lagi untuku. Kisah cintaku ini ku mulai dari aku
duduk di kelas 8 SMP. Waktu itu aku masih sangat polosnya mengerti tentang arti
cinta. Aku begitu cuek, judes dan apa adnya. Aku merasa selama aku lahir
kedunia ini hanya rasa biasa yang aku rasakan tentan ghidup ini. Dalam hidupku
ini teman, sahabat dan keluarga yang selalu ada dan menemaniku. Lulus dari SD
aku berubah dari anak-anak menjadi seorang renaja. Sama seperti orang sebayaku.
Begitu asyiknya aku dalam kehidupanku. Aku tak pernah menyadarai bahwa
orang-orang disekitarku lambat laun mulai tak mengerti jalan pikirku. Kurasa
hidup sebagai anak yang pandai sudah cukup bagiku. Di sekelilingku Nampak
remaja berpasang-pasangan mengumbar kemesraan mereka. Saat itu lalu aku
menyadarai apa aku ini sudahmenjadi remaja normal pada umumnya??? Dalam hatiku
hanya kalimat itu yang aku tanya pada diriku sendiri.
Tuhan, apa kau
bisa mengalami saat-saat itu bersama orang yang aku sayangi? Tiba-tiba saja
sahabatku menghampiri. Dia adalah sahabatku yang terbaik. Kami selalu bersama
dimanapun. Lewat dialah aku mengenal cinta. Aku selalu belajar dari dia entah
itu hal sepele tentang cinta, CINTA kata itu terdiri dari 5 huruf yang punya
arti mendalam bagi orang-orang yang betul-betul memaknainya. Aku pernah
bertanya “Tan, kamu udah pernah pacaran?” tanyaku. Lalu Kintan menjawab “Belum
lah memangnya kamu pernah melihat aku dengan cowok. Hayyo.. tumben kamu Tanya
gitu? “Jaah, apaan siaku kan Cuma pengin tau aja. Kenapa si pacaran memang
harus ya?? (Tanpa tersadar kepolosanku membuatku malu sendiri) Kintan hanya
membalasku dengan tertawa. Bodohnya aku melontarkan kata-kata seperti itu.
Pernah sih ya aku ngerasa tertarik pada seorang cowo. Tapi itu hanya hinggap
dihatiku secepat kilat menyambar. Lama kelamaan cowo itu menunjukan sifat
ngeebosenin. Saat itu juga aku langsung berpaling. Detik berjalan, hari
berganti, tahun meninggalkan masa laulnya aku hidup dalam kesendirian ku
sebagai pelajar.
Aku duduk di
teras rumah sambil melihat lalu lalang kendaraan yng lewat. Tiba-tiba ada cowok
meliriku hatiku langsung berdebar. Cowok itu melempar senyum kepadaku. Aku jadi
salah tingakah. “Hahaha………..hanya itu yang terlontar dari mulutku setelah aku
masuk kerumah. Tapi cowok itu lewat di hatiku.
Nah…..inilah
waktunya tiba.
“Tuhan itu adil
yah” kataku. Akhirnya aku menemukan cinta. Sejak lulus dari SD aku merasa
mendapatkan balasan karena dulu pernah ada teman dekatku yang menyukaiku tapi
aku sangat bersikap acuh tak acuh kepadanya. Aku jadi merasa bersalah
kepadanya. Tapi penyesalan itu teralmbat dan tiada guna lagi.
Haaa….. aku
sudah tidak mengingat lagi waktu itu. Jelasnya yang aku ingat pada saat
pembagian siswa naik ke kelas IX. Sebenarnya sebelum itu aku sudah mulai
beranjak mengenalnya. Aku mengenal dia lewat SMS. Nomor cowok itu aku dapat
dari salah seorang teman SD ku yang juga pernah satu kelas dengan cowok itu
semasa di kelas VII. Aku anak kelas VII F sedang cowok itu adalah anak kelas
VIII C.
Pertama kali aku
mengirimi pesan kepadanya langsung dibalas. Sebenarnya sih aku takut, malu.
Tetapi aku nekat aja. Eh, malah berbuah manis deh hasilnya. Jantungku
berdebar-debar menunggu jawaban pesan darinya. Cowok itu membalas “Maaf ini
siapa yah??? Apa kenal dengan saya?” saat itu juga aku membalasnya seperti ini
“ini teman kamu, kenal kok Cuma kamu yang belum kenal aku.” Yeeee….. aku
bahagia banget. Cowok itu ganteng, pintar, taat agama, tinggi lagi. Nggak
pernah terpikir olehku bisa mengenal cowok itu. Cowok itu namanya Angga.nama
pangilanya aja ya?? Soalnya lengkapnya si masih rahasia.
Hari demi hari
aku mengenal dia. Dia begitu baik, perhatiankepadaku. Aku berharap semoga itu
memang benar bukan hanya tipunya saja. Kalu dia lagi tersenyum manis sekali di
pandang ditambah hidungnya mancung lagi. Aku kenal dia selama libur panjang
sehabis Ulangan Akhir Semester II Kelas VIII. Dua minggu lamanya. Rasanya aku
sudah cocok denganya. Namun aku gadis runahab yang kurang mengerti cinta selalu
telat mikir kalau ditanya tentang sesuatu oleh dia. Maklum aku sudahterbiasa
dan secara tidak langsung aturan-aturanyang diterapkan ibu kepadaku sudah
melekat. Ibu mengatakan padaku kalau aku harusnya jangan pacaran dahulu selama
aku masih sekolah. Ibu begitu khawatir kalau aku pacaraan nanti prestasi
disekoklahku menurun. Dan aku selalu ingat aturan dan nasehat ibu. Ibuku itu
orangnya keras, disiplin, otomatis galak. Jadi, apapun yang diperintah ibu
pasti aku harusnurut. Ada konsekuensi tersendiri bagiku jika aku melawanya.
Ibuku telah menerapkan aturan itu kepada setiap anak-anaknya. Hanya saja aturan
itu tidak berlaku lagi bagiku kakaku. Maklum saja anak cowo sulit untuk di
atur.
Aku tidak pernah
memperlihatkan tingkahlakuku mengemai persoalan cowok kepada ibuku. Tau-tau
mungkin saja aku nggak di beliin pulsa lagi atau lebih parahnya beliau bisa
menyita ponsel dariku. Huffttt!!! Akuselalu sembunyi-sembunyi kalau mengenai
percintaan.
Dua minggu
berlaku tiba waktunya hari pembagian kelas IX tiba. Aku takut kalau aku harus
sekelas dengan Angga. Senemarmya aku sudah berbohong kepadanya. Awlnya si Cuma
iseng tapi malah jadi bumeranguntuku. Keringatku mengalir deras. Benarkan??!
Apa yang aku takutkan benar-benar
terajdi. Aku, Kintan dan Angga berada dalam satu kelas yaitu di IX B. aku
bingung apakah aku harus senang, seidh atau takut kalau Angga mengetahui
semuanya. Tapi, waktu itu pikiranku masih pendek. Aku malah berbalik rasa
menjadi senang. Aku tahu apapun yang sedang di awali kebohongan pasti berakhir
tak baik. Aku nekat melawan semua kekhawatiran itu. Dalam ruang kebohongan itu
aku semakin kenal, nyaman, akrab dengan Angga. Di balik itu aku hanya satu
kelas dengan Angga selama kurang lebih 3 bulan. Setelah waktu itu terlampaui maka
harus dia cek kembali. Di pesan aku tidak malu lagi dengan Angga tetapi kalau
harus bertemu atau tidak sengaja jalan searah kami malah diam. Kami malu satu
sama lain. Berbicara atau bercakap. Namun, kalua diluar sekolah kami tak malu
lagi. Di awal di mengirimku pesan pasti selalu mengawali dengan ucapan salam.
Tiba-tiba saja
Angga memanggilku dengan sebutan “Neng.” Aku Tanya kenapa dia memanggilku
seperti itu, jawabnya karena “Kamu tuh polos, sopan,” dag dig dug ya udah aku jadi panggil dia “Aa”. Percaya
diri banget aku waktu itu. Angga adalah salah satu anak regu inti Pramuka SMP
kami. Kesibukan dia selalu membuat dia semakin dewasa. Dia harus pulang pergi
dalam perlombaan. Aku mengerti akan keadaan itu. Rasa perhatianya pun tidak
berkurang sedikitpun. Waktu mau berlomba di LT I Pramuka di meminta doa dariku.
Tapi semalaman lebih dia tidak mengirimi kabar kepadaku. Menurut informasi
memang kegiatanya sangat padat dan tidak diperkenankan membawa ponsel kata
Pembina Pramuka.
Aku percaya saja
memang setelah aku bertanya dengan beberapa temanku yang tergabung dalam regu
inti pramuka memang benar adanya informasi tersebut. Sel;ama 3 hari 3 malam tak
ada kabar darinya. Kebetulan saudar yang rumahnya bersebelahan dengan diajuga
satu kelas denganku. Aku cukup mengenalnya. Namanya Indah. Lewat indah aku adi
tahu rumah Angga. Saat itu juga aku dan sahabatku, KIntan main kerumah Indah.
Sebenarnya si ingin tah rumah Angga. Aku megunjungi salah satu objek wisata
dekat rumah Angga.
Di objek wisata
itu aku menikmati pemandangan dan udara yang sejuk. Aku bertanya pada Indah.
“Ndah, Angga
sering ngga main kesini??” kataku.
“Ya, kadang.
Paling selama 1 bulan 2 tau 3 kali kesini.” Jawab indah.
Tanpaindah
ketahui, aku terus menggali sejumlah pertanyaan kepada indah seputar Angga.mulai
dari hobinya, mantan cewek-ceweknya, kepribadian dia sehari-hari dan masih
banyak lagi dan nggak mungkin aku tulis momen ini. Terselip kekecewaan juga
setelah aku menanyakan ke Indah. Hatiku agak tersentak saat Indah mengatakan
“Emmm…..Angga si sebenernya baik dan dia itu pernah menyukai seorang cewek,
namanya Eka, nung”…..kepadaku.
“Apa dia pernah
pacaran dan dia masih suka??” tanyaku.
“Ngga, mereka
belum pernah pacaran mereka nggak berani untuk mengatakan perasaab mereka satu
sama lain. Dan kayanya si Angga masih suka dengan Eka.” Jawab Indah.
Hatiku terenyuh,
itu sama sepeti yang aku alami sat ini. “Sebenernya apa si maksud Angga
mendekatiku selama ini??!!” kebingunganku hatiku terasa makin besar.
“Entahlah.
Biarku tahu sendiri dari orangnya” dengung hatiku sambil menenangkan sendiri
hatiku.
Aku masih pecaya
dengan Angga. Angga sudah menjelaskan kepadaku. Aku merasa bersalah. Aku merasa
aku ini bukan siapa-siapa Angga dan memang benar. Hubungan kami ini
menggantung. Pacar bukan, sahabat lebih. Aku mencari waktu kapan yang tepat
agar aku bisa mengakui kebohonganku. Sebenarnya aku ini bingung kalau Angga
tahu aku takut d ia marah dan nggak mau kenal lagi sama aku. Di lain sisi juga
akiu tidak tega embohonginya secara terus menerus. Sebagai cewek aku tidak
pernah suka dengan hubungan yang tidak jelas.
Waktu itu aku
izin tidak masuk ke sekolah karena suatu hal yang mendesak. Satu hari itu juga
nggak ketemu Anga. Angga mengirimiku pesan.
“Neng, kok nggak
berangkat sekolah sakit apah??” Tanya Angga sambil memberiu smile pertanda
seidh.
Kubuka pesan
darinya dan aku jawab.
“Nggak lagi
sakit ngga kok A. ini ad kepentingan keluarga.”
Esok harinya aku
masuk ke sekokolah. Malamnya Angga mengeluh kepalanya karena melerai temanya
berkelahi. Aku bingung mau kasih saran apa, aku ngga ada hak sama sekali untuk
perhatiin dia lebih. Selama kami mengenal tidak pernah dari aku maupun Angga
mengungkit masalah hubungan yang menggantung ini. Rasa sukaku berubah menjadi
cinta. Aku tak tahu bagai mana perasaanya melalui tingkah laku. Aku jadi
semakin berat untuk mengungkapkan kebohonganku selama ini.
Tiga bulan
sudah, kini Angga menjadi anak kelas IX D. tau-tau dia dekat dengan cewek. Aku
marah selama satu minggu lebih aku mengacuhkanya. Pesan, senyuman tak pernah
aku hiraukan. Aku tahu kalau ini memang hasil yang aku panen disaat aku akan
berkat ajujur dia malah kembali menjadi pribadi semula saat pertama aku
mengenalnya. Aku bersikeras hendak mengatakanya namun Angga berkata “Tidak ada
yang harus kamu jelaskan kepadaku. Aku yang salah aku minta maaf. Sekarang mau
kamu apa?”
“Aku nggak mau
apa-apa. Cuma kamu jujur perasaan kamu sekarang ke aku, ngga. Sadar nggak si
kamu tuh bikin menggantung??” balasku.
Dia tak membalas
pesan dariku. Dia hanya menjawab “Aku minta maaf”
Cintaku ini tak
bertuan. Bukan milik siapa-siapa. “Apa harus aku menutup hatiku hanya untuk
Angga?” keluh hatiku.
Buat apa
perasaanku aku sakiti sendiri. Aku lebih memilih jalan break sampai saat ini.
Satu tahun telah meninggalkanku………
Sekarang aku
sudah menjadi siswi SMA sedangkan dia kini bersekolah di sebuah SMK. Sampai
detik ini pun kami masih berkomunikasi. Setiap tiga hari sekali pasti Angga
menghubungiku. Kami masih tetap bersikap baik satu sam lain.
Sekarangpun
cintaku tak bertuan masih berlaku dalam hatiku. Dan detik ini juga belum aku
ungkapkan kebohongan di masa lalu karena diantara kami tidak ada sesuatu yang
harus dipertanyakan lagi. Kami sudah cukup dewasa. Bagiku ini hanya sebagai
pengalaman cinta yang menyakitkan dalam perjalanan hidupku.
Muncul masalah
baru. Teman lama SDku membuat kejutan bagiku. Kejutan itu tidak main-main dan
pasti masih ada hubunganya dengan Angga.
Aku benar-benar
tak menyangka mas laluku harus muncul kembali. Aku masih ingat betul waktu itu.
Tiba-tiba saja
seorang mengirimiku pesan
“Assalamu’alaikum.”
Kata cowok itu.
Detik itu pula
aku sedang tidak memiliki pulsa, jadi ya jelas aku mgga bisa balas pesanya. Aku
penasaran.
“Kira-kira siapa
ya seseorang ini??” tanyaku pad adiri sendiri.
Tiga hari yang
akan datang akhirnya punya pulsa juga. Secepat kilat aku langsung berusaha
mencari si misterius itu. Pesan yang waktu itu masih aku simpan. Lalu aku
membalas pesanya.
“Wa’alaikum
salam. Maaf ini siapa yah?” balasku padanya.
Si misterius itu
menjawab “Ini aku teman lama SDmu!!”
“Siapa?? Dari
SD, SMP atau teman waktu kecilku?? Jawabku
“SD….” Katanya.
Waktu itu juga
aku langsung tahu kalau si misterius ini pasti orang yang pernah suka denganku.
“Gimana nih…ya??
Malu banget aku gelisah hatiku.
Dengan ras agak
kurang bersalah aku lanjutkan percakapanku dengan si misterius ini melalui
pesan.
“Kok kamu bias
dapet nomerku??” tanyaku.
“ya, bias dong.
Apa si yang ngga bias bagiku.” Seru si misterius ini.
“dari siapa
sih?? Serius nih!” balasku lagi dengan perasaan yang mulai resah.
“Tanya aja sama si
Angga.” Balas dia.
“Angga siapa??
Banyak tau yang namanya Angga.” jawabku.
“Ya, Angga Adhi
Prasetyo yang aku kenal.” Balasnya.
Petanyaan besar
timbul dalam diriku.
“Apa sih
hubungan mereka??” keluh hatiku.
Yaps, si
misterius ini bernama Hendris. Tingi, kulit sawo matang dan lucu orangnya.
Hari berikutnya
aku Tanya pada Angga.
“Angga, kamu tau
nomer ini?? Tanyaku
“Ya, Nung. Aku
tahu itu nomor Hendris” balasnya
“Wah…..wah
runyam nih jadinya.” Kataku sendiri
Masalah yang
seharusnya tak perlu kembali muncul malah menjadi problem beralur panjang. Aku
kembali mereview masa lalulku. Mungkin si Hendris ini terlalu sakit hati dengan
perlakuanku waktu itu. Aku sadar si mungkin ini balasan yang diberikan oleh
yang Maha Kuasa.
Kalau dipikir
dengan logika bukan dengan perasaan ada benarnya juga. Dari lulus SD belum
pernah aku menjalani hubungan seperti pacaran. Tak heran memang kalu disangkut
pautkan pasti akan terbukti kebenaranya.
Sejak kejadian
itu, dipikiranku terus menjadi bayangan yang menyusahkan dank arena itu juga
aku jadi sering mengernyitkan dahi. Melamun sering aku jalani dan jadi bahan
isenganan sahabat-sahabatku.
Dari pengakuan
Anggakalau Angga dan Hendris itu duduk sebangku. Mereka sama-sama bersekolah di
sekolah SMK Bunda Satria Wangon. Mereka juga sam-sama ada di kelas X TMO G.
satu dari Alumni SMP Negeri 1 Wangon yang satu alumni SMP PGRI Wangon. Terlihat
jelas dari sekolah yang sangat berbeda dari segi pandangan pendidikan.
Lambat laun
Angga dan aku sekmakin renggang. Rasa yang aku miliki hanya sia-sia saja. Lagi
pula buat apa aku pertahankan. Tetapi untuk mrenghilangkannya jauh lebih sulit
dari apa yang aku bayangkan sebelumnya.
Penyebabnya
adalah hubungan yang menggantung. Terlalu bodohnya aku hanyut dalam tipu
dayanya. Penampilan luar saja pun tak cukup dipandang sebagai tolak ukur
kepribadiab seseorang baik itu cewek maupun cowok. Nggak peduli cewek itu
berjilbab atau tidaknya. Moral dan kecantikan
hati yang baik itulah yang susah untuk ditemukan.
Begitu banyak
orang di dunia ini yang tidak mempunyai moral. Mereka hanya memikirkan
kebahagiaan duniawi. Tak sekalipun penah terpikir oleh mereka bagaimana
memperbaiki diri dan kepribadian. Seperti tak ingin mendapat kebahagiaan yang
lebih kekal lagi yaitu di akhirat.
Begitupun aku
yang sudah tahu salah tetapi membiarkanya mengalir begitu saja. Tak banyak
pengalaman cintaku tak banyak juga pengalaman yang kualami dari
kesalahan-kesalahan dalam sebuah percintaan.
Kini aku menjadi
sering merenungi diri. Tak banyak yang dapat aku lakukan untuk memperbaiki diriku.
Seminggu
berlalu. Tantangan dan rintangan masih siap untuk mengahadangku. Tugas-tugas di
sekolah pun kian menumpuk. Esok harinya, aku menciba bercerita kepada sahabatku
Riska. Aku mencoba.melepas sedikit ganjalan di pikiranku yang terus menyesakan dada.
Saran-saran positif telah banyak aku terima. Tak lain mengenai permasalahan
hatiku. Cinta yang hinggap di tubuhku terlalu menyakitiku. Dan aku pernah
berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah putus asa dalam hidup
hanya karena sebuah masalah sepele yaitu PERCINTAAN.
Usiaku masih
terlalu muda untuk hal-hal seperti itu yang tidak berguna. Masa depan dan
cita-cita harus aku capai dengan sukses. Aku juga tidak mau mengecewakan kedua
orang tuaku dan orang-orang disekitarku.
Baik dari sisi
Angga maupun Haris tak ada yang lebih baik menurutku. Jika aku menginginkan
salah satu dari mereka untuk menjadi miliku maka aku seperti membuka masa
suramku kembali. Aku juga seperti membuka pintu permasalahan yang sama. Dalam
permasalahan ini juga aku belum dewasadalam menyikapinya.
Kurasa mereka
bukan pasangan aku. Mereka hanya orang yang hinggap di hatiku sekejap saja.
Biarkanlah
persahabatan mengalir apa adanya seperti air mengalir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah dan menghanyutkan.
Biarkan juga
“CINTA TAK BERTUAN” dalam hatiku ku coba menghilangkanya. Aku percaya sekecil
apapun hal yang kita kerjakab pasti ada hasil yang kita rasakan.
SELESAI
No comments:
Post a Comment