Buku Harian Laras
(Nurul Fajariyana)
Liburan
panjang semester genap, membuat seorang gadis menjadi malas. Bahkan membuka
buku pun sangat sulit dilakukan oleh Laras. Laras adalah seorang murid dari SMP
NUSA BANGSA, yang kini telah naik ke bangku kelas delapan. Nama lengkapnya
adalah Kencana Larasati. Karena besok liburan akan berakhir, Laras mencoba
membuka buku pelajarannya. Namun tidak sadar bukunya malah digunakan untuk menutupi
muka, karena Laras telah tertidur.
Keesokan
harinya Laras bangun pagi. Dan segera mengemasi buku-buku yang hendak dibawanya
ke sekolah nanti. Laras sedikit malas untuk berangkat, namun apalah daya.
Kakinya harus tetap melangkah karena telinganya selalu mendengar teriakan
ibunya.
Hari
pertama masuk sekolah setelah liburan semester genap tentulah sangat
menyebalkan. Setelah pembagian kelas selesai. Sekarang Laras adalah siswa kelas
8 E di SMP NUSA BANGSA. Hari pertama ini masih terlihat sangat canggung karena
siswa-siswi masih dalam proses beradaptasi di lingkungan kelas barunya. Begitu
juga Laras, karena yang hanya
dikenalnya adalah Nela. Nela
adalah sahabat dan teman Laras di kelas tujuh, yaitu tujuh D. karena Laras
hanya mengenal Nela, dan Nela juga hanya mengenal Laras, maka mereka
memutuskan untuk duduk satu bangku, di
bangku bagian depan.
Dalam
keheningan dan kecanggungan tersebut tiba-tiba
“Tap.. tap.. ..”. terdengar suara kaki
melangkah mendekati kelas 8 E. siapakah dia….?? ?? wajah-wajah penasaranpun
mulai bermunculan, suasanapun seketika itu berubah saat seorang guru muncul
dari belakang pintu yang tertutup. Dan ternyata dia adalah Bapak Subeno,
seorang guru IPA yang kelak akan menjadi wali kelas mereka. Bapak Subeno dapat
digolongkan sebagai guru yang kurang memuaskan dan sangat aneh. (haha:D).
“Ya Allah, udah
wali kelasnya Bapak Subeno, kelas kita dipojok terus deket wc lagi, huuh
sebenernya sih gak leveel.” Bisik Nela pada Laras, saat Pak Beno sedang asyik
berceramah.
“huuss..
syukurin aja kali!!.” Jawab Laras sambil menahan tawa.
Walaupun
kedua anak tersebut duduk di barisan paling depan, tapi sepertinya mereka yang
paling sibuk bercanda. Sampai-sampai teman di belakang bangku mereka
menasehatinya. Dan saat Pak Beno telah pergi, proses komunikasipun segera
dimulai. Teman di belakang bangku Laras dan Nela mengajak berkenalan, sehingga
mereka saling mengenal. Mereka adalah Viya Pangestika dan Nikki Aulia Fahmi.
Lambat laun mereka semakin dekat, dan menjadi 4 sahabat sejati. Prestasi diantara
mereka pun selalu berurutan, ranking 1,2,3 dan 4 di kelas selalu di tempati
oleh mereka. Biasanya ranking satu ditempati oleh Laras, ranking dua Nela,
ranking 3 Nikki dan ranking 4 dipegang oleh Viya. Tapi terkadang mereka juga
tukar posisi.
Selain
itu mereka berempat memiliki kepribadian yang hampir sama. Bahkan tanggal lahir
Nikki dan Nela sama yaitu 30 November hanya saja berbeda tahun. Sedangkan Laras
lahir pada tanggal 21 Juni 1997, dan Viya lahir pada tanggal 19 Juni 1997. Itu
menyebabkan mereka terbagi menjadi dua kubu yang memiliki persamaan bulan lahir
atau zodiak. Laras dan Viya berzodiak Gemini, sedangkan Nela dan Nikki
berzodiak sagitarius. Sehingga mereka sering meledek dan menjelek-jelekkan zodiak
yang lain. Tapi perbedaan tersebut membuat mereka semakin akrab dan dekat.
Suatu
hari, Viya duduk di sebelah Laras dan mulai mencurahkan isi hatinya. Dia sedang
bingung dengan perasaannya. Dia menceritakan masalahnya dengan orang yang
disukainya, dan meminta Laras untuk memberikan solusi atau jalan keluar. Saat
Laras tengah berfikir, dan Viya juga tengah asyik berbicara, tiba-tiba saja
Viya menghentikan pembicaraannya dan mengganti topik pembicaraan, sepertinya Viya teringat
akan suatu hal.
“Ras,
ada yang minta nope mu looh…” Kata Viya
“Haa,,
apaan lagian siapa juga ??” Jawab Laras sedikit penasaran.
“Haha,,
emang ada kok!!!..Kasih tau nggak yah??” Ledek Viya.
“Iihh,,,
emang siapa siih??” Laras mulai terlihat sangat penasaran.
“Alif
ras,,,” Ungkap Viya sambil menahan tawa.
“Haah,,
kagak mungkin Neng Viya..” Ujar Laras.
“Nggak
percaya amat, mau dikasih nggak nih nomernya??” Tanya Viya.
“Ya
udah lah kasih aja….” Jawab Laras.
“Eh
ciyaahh….” Ledek Laras.
Dua
hari setelah kejadian tersebut, saat Laras tengah asyik belajar tiba-tiba ponselnya
bergetar tanda ada pesan masuk. Kemudian ia membuka pesan itu dengan penuh
penasaran.
“Hai… met sore???”
Pesan dari nomor tak dikenal tersebut membuat Laras penasaran.
“Ini siapa yah??”
balas Laras.
“Ini temen sekelas mu,,
aku Alif.”
“Oh Alif yaah…”
“iyah, eh kmu ghi
ngapain ras??”
“lg belajar nih..”
“ooh sory aku ganggu..”
“gak papa kok.. smsanya
nanti aja yah..”
“okh,, byee muach.”
“Kok
pesannya pake kiss siih?? Haduhh jangan sampe dia suka sama aku”. Bisik Laras
di dalam hati.
Semakin
hari, hubungan Laras dan Alif semakin dekat. Setiap hari mereka selalu mengirim
pesan dan saling menghubungi, di dalam kelaspun mereka terlihat akrab seperti
teman-teman yang lainnya. Namun kedekatannya tersebut tidak diketahui oleh
ketiga sahabatnya, karena Laras tidak ingin mereka meledeknya dan berfikir yang
bukan-bukan.
Tak
terasa satu semester telah lewat. Hubungan Laras dan Alif semakin dekat, bahkan
Laras mengira bahwa Alif menyukainya. Itu karena Alif selalu saja berbicara
romantis layaknya kepada seorang kekasih. Saat Laras sedang asyik merenung
tiba-tiba saja ponselnya berdering. Alunan lagu soundtrack drama Korea pun
mulai terdengar.
Saengil chukhahamnida, saengil
chukhahamnida saengil chukhahamnida dangsineui saengireul
Ternyata
ada panggilan dari Alif. Alif mengajak Laras untuk keluar rumah (jalan-jalan).
Oleh karena itu Laras segera merias diri dan pergi ke tempat yang telah mereka
sepakati.
Akhirnya
mereka bertemu di Taman dan duduk di bangku yang indah. Tiba-tiba Alif meraih
tangan Laras dan menggenggamnya. Kecanggungan pun mulai tampak, sedikit demi
sedikit Alif mulai membuka mulutnya.
“Ras,
kamu tahu enggak.. bedanya aku sama lautan?” Ucap Alif.
“Apaan
sih maksudnya.. Aku enggak tahu!!”.
Jawab Laras.
“Kalau
di dalam lautan itu banyak ikan, tapi di dalam hatiku cuma ada kamu..”. Ungkap
Alif sambil menahan tawa.
“Oh
iya, kamu tahu enggak bedanya kamu sama cincin?” Sambung Alif.
“Wuah,
apalagi tuh?”. Laras pun mulai menebak-nebak.
“Kalau
cincin itu melingkar di jariku, tapi kalau kamu melingkar di hatiku.” Jawab
Alif.
Laras
tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Alif. Tiba-tiba saja Alif menyambung
perkataannya tadi.
“Itu
beneran..” Ungkap Alif
Sontak Laras hanya terdiam dan bingung,
tanpa tahu apa yang harus ia ucapkan,
karena selama ini ia hanya ingin berteman dengan Alif tidak lebih dari itu.
Ucapan Alif tersebut memang belum bisa dikatakan menyatakan cinta, tapi secara
tidak langsung, perkataan Alif memang sangat membingungkan Laras.
Laras terdiam sejenak, kemudian ia
bangkit dari duduknya dan mulai mencurahkan isi hatinya.
“Maksud kamu apa sih lif? “Ujar Laras
sambil berlari meninggalkan Alif.
Sesampainya di rumah, Laras langsung
duduk di depan televisi untuk menenangkan hati dan fikirannya. Laras merasa
bersalah karena meninggalkan Alif seorang diri, namun dia fikir itu adalah
keputusan yang tepat. Berulang kali Alif mencoba menghubunginya, namun Laras
selalu mematikannya. Bahkan pesan pun tak pernah lagi dibalasnya. Hingga
akhirnya Alif mengirimkan sebuah pesan terakhir untuk Laras.
“Ras, kamu kenapa?. Aku minta maaf kalau
aku udah bikin kamu bingung dan canggung. Tapi aku berharap kamu enggak akan
berubah..” Laras benar-benar marah pada Alif, dan tidak berkehendak untuk
membalas pesan dari Alif.
Hingga satu minggu mereka tidak pernah
berkomunikasi sama sekali. Bahkan hingga beberapa bulan. Namun lambat laun ada
perasaan yang hilang dari diri Laras. Tak terasa ia merindukan sosok Alif dan
mulai menyesali perbuatannya beberapa bulan yang lalu. Hingga semester genap
berakhir dan mereka dipisahkan oleh
ruang kelas yang baru (kelas 9), mereka sama sekali tidak pernah berkomunikasi.
Dan Laras mulai menyadari perasaannya bahwa sekarang ia mencintai Alif, seperti
Alif dulu pernah mencintainya.
Hingga
pada suatu hari ponsel Laras bergetar. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal
muncul di ponselnya.
“hai.. ap kbar?..” Laras berfikir sejenak dan menjawab pesan
itu.
“ni spa yah..??”
Balas Laras.
“ni aku Alif..”
“oh my god.. apa ini
mimpi??”.. bisiknya dalam hati.
Sejak
saat itu hubungan yang renggang mulai rapat kembali, panggilan mereka pun mulai
berubah. Laras memanggil Alif kakak dan
Alif memanggilnya adik bahkan tak jarang Alif memanggil Laras dengan sebutan
sayang. Kini Laras berharap Alif masih menyimpan perasaan untuknya, walaupun
Laras tidak satu kelas lagi dengan Alif maupun dengan ketiga sahabatnya. Karena
Laras di kelas 9 A, Alif 9 F, Nela 9 B, Viya 9 D, dan Nikki satu kelas dengan
Alif di 9F.
Semakin
lama Laras makin mengetahui isi hatinya dan mulai membuka hatinya untuk Alif.
Walaupun tidak jarang mereka sering bertengkar untuk hal-hal yang kecil. Tapi
mereka juga saling memotivasi dan tak jarang mereka saling meledek satu sama
lain, bahkan Laras sering meledek Alif dengan singkatan KSPB, yang artinya
Kakakku Sok PlayBoy.
Di
tengah kedekatan mereka tersebut, tiba-tiba pada suatu hari, terdengar desas
desus di sekolah. Dan yang Laras tangkap dari desas-desus itu adalah Alif
menyukai sahabatnya, yaitu Nikki. Betapa hancurnya hati Laras mendengar berita
semacam itu.
“Ya
Allah,, kenapa harus seperti ini? Kenapa Alif harus menyukai sahabatku
sendiri??. Aku bingung Ya Allah, kepada siapa juga aku akan berkeluh kesah
selain kepadamu Ya Allah??. Karena sangat tidak mungkin bagiku untuk
mencurahkannya pada sahabat-sahabatku…” Bisik Laras di dalam ulu hatinya.
Sesakit
apapun juga Laras mencoba menyembunyikan kesedihan itu di balik senyumnya.
Seberat apapun juga Laras tetap mencoba meninggalkan perasaannya.
Beberapa
hari kemudian terdengar gosip burung, bahwa Alif dan Nikki telah berpacaran.
Dan ternyata itu bukan hanya sekedar
gosip. Itu memang benar-benar terjadi. Hati laras makin teriris mendengar Viya
dan Nela meledek Nikki tentang hubungan mereka. Air mata hampir menetes ke pipi,
namun mata Laras mencoba menahannya. Ia tidak ingin terlihat kecewa dengan
berita yang seharusnya membahagiakan tersebut. Namun apalah daya kekuatan untuk
bertahan mulai berkurang. Seketika itu wajah Laras berubah. Ia terlihat sangat
sedih dan pucat, hingga Nela menanyakannya.
“Ras,,
kamu kenapa.??..” Tanya Nela. Kemudian Nikki dan Viya pun ikut cemas.
“Enggak
apa-apa kok. Aku cuma sedikit pusing aja.” Jawab Laras terpaksa.
“Tapi
kamu pucat banget terus mata kamu merah.” Ucap Nikki.
“Aku
baik-baik aja kok.” Jawab Laras, sembari menahan rasa sakitnya.
Sesampainya
si rumah, Laras langsung meringkuk di atas kasurnya. Mencoba melupakan apa yang
telah di dengarnya. Namun tiba-tiba ponselnya bergetar. Ternyata ada pesan dari
Alif. Laras ingin membalasnya namun bingung apa yang harus dikatakannya.
Apalagi Alif juga tidak pernah bilang jika statusnya kini telah berubah. Laras
juga tidak ingin menyakiti hati Nikki jika suatu saat ia tahu, bahwa Laras dan
Alif memiliki panggilan kakak/adik, dan Alif juga sering memanggil Laras
sayang.
Hingga
pada suatu hari ponsel Laras berdering, dan terdengarlah soundtrack drama korea.
Saengil chukhahamnida, saengil
chukhahamnida saengil chukhahamnida dangsineui saengireul
Ternyata
ada panggilan masuk. Segera ia pun melihat layar ponselnya dan mengangkatnya,
ternyata panggilan itu dari Alif.
“Hai sayang lagi
ngapain??” Ucap Alif.
Sebenarnya
Laras tidak ingin mengangkat panggilan itu, namun dia tidak mau terlihat kecewa
dengan hubungan sahabatnya.
“Lagi tiduran nih, eh
iya kamu udah jadian sama Nikki kok enggak bilang??”
Tanya Laras.
“Maaf deh, maaf banget
yah my princess yang cantik…” Jawab Alif.
“Iihh.. Maksud kamu apa
sih?. Oh kalau gitu selamat yah ka, semoga hubungan kalian
langgeng dan bahagia.” Ujar laras,
sembari mencoba menahan air mata.
“iyaa, makasiih..”
Ungkap Alif dengan nada gembira.
Setelah
percakapan di tellphone tersebut berakhir, Laras kembali merenung dan tidak bisa
melupakan ekspresi Alif yang didengarnya melalui tellphone. Laras berfikir jika
hubungannya dengan Alif tetap seperti ini, maka ia akan melukai hati banyak
orang termasuk hatinya sendiri.
Beberapa
hari kemudian hubungan Alif dan Nikki semakin dikenal warga sekolah. Hati laras
pun makin hancur, bagaikan pecahan kaca. Sore hari saat Laras tengah menangis
menyesali perbuatan yang dulu ia lakukan. Tiba-tiba ponselnya berdering, terdengarlah
soundtrack drama korea.
Saengil chukhahamnida, saengil
chukhahamnida saengil chukhahamnida dangsineui saengireul
Ternyata panggilan dari Alif. Laras
segera mengusap air matanya dan mulai mengecek suara, setelah dirasa suaranya
normal ia segera mengangkat panggilan tersebut.
“Haloo…” Ucapnya sambil terbata-bata.
“Iyaa sayang, lagi apa??” Jawab Alif.
“Bisa nggak jangan panggil aku sayang, kan pacar kamu itu
Nikki..”
Ketusnya mencoba memberanikan diri.
“Emang kenapa sih yank?. Aku sayang kamu tapi aku lebih
sayang sama Nikki!!”. Jawab Alif.
Sontak kata-kata tersebut langsung
terngiang di telinga Laras, hatinya seakan hancur dan tak mampu lagi mendorong
otaknya untuk berfikir.
“Kamu tuh nyebelin yah,, aku kan udah bilang jangan panggil
aku sayang!!”.
Ungkapnya.
“Kamu kenapa sih?? Sekarang tuh kamu udah bener-bener
berubah!! Pantesan ranking kamu turun, malah lebih tinggi Nikki!!.. Ketus Alif.
Laras sangat bingung, harusnya Laras
yang sedang marah kepada Alif, tapi sekarang malah terbalik. Bahkan Alif sudah
membuat Laras sangat membencinya, walaupun sebenarnya hati Laras masih suka.
Laras mencoba berfikir dan mulai merangkai kata-kata.
“Ya udahlah, yang berubah itu perasaan kamu!!. Oh iya dari
pada setiap kita berkomunikasi malah bertengkar.. gimana kalau mulai saat ini
kita nggak usah berhubungan lagi.” Ucap Laras.
“Dan hapus nomorku dari kontakmu, dan aku juga akan nglakuin
itu!!.”
Sambungnya.
“Oh,, okeh.. kamu itu udah bener-bener berubah ya..!!” Kemudian Alif menutup tellphone
nya.
Sejak saat itu hubungan mereka mulai
renggang seperti dulu. Kini Alif sudah benar-benar melupakan Laras. Tapi Laras,
masih terus berharap dalam setiap mimpinya. Kini Alif tidak pernah lagi
menghubunginya. Nomor Alif pun sudah terlanjur dihapus oleh Laras. Setiap hari
sepulang sekolah ia selalu menangis, ia selalu menyesali perbuatannya sambil
melihat layar ponselnya berharap Alif akan menghubunginya. Hari demi hari Laras
lewati dengan tangisan. Minggu demi minggu ia lewati dengan kesedihan. Bulan
demi bulan ia lewati dengan kegalauan.
Bahkan saat Alif berulang tahun,
pada tanggal 1 Juni 2012. Laras tidak mengucapkan selamat pada Alif, karena ia
ingin benar-benar melupakan Alif, walaupun dengan sangat terpaksa. Akhirnya
selang 20 hari tepatnya pada hari ulang tahun Laras, Alif juga tidak
mengucapkan selamat sama sekali. Hingga Laras sempat berfikir, bahwa Alif telah
melupakan segalanya yang berhubungan dengan diri Laras.
Yang semakin membuat Laras sakit
adalah kenyataan bahwa Alif adalah orang pertama yang ia sukai. Atau bisa
dikatakan sebagai cinta pertama Laras. Walaupun mungkin dulu Alif tidak
mencintainya dengan setulus hati, namun Laras selalu memberikan rasa cinta dan kasih
sayangnya yang begitu tulus dan besar kepada Alif.
Selain hubungan mereka yang semakin
renggang, hubungan antara keempat sahabat tersebut juga mulai jauh. Apalagi
hubungan Laras dengan Nikki. Laras sengaja ingin menghindar dari Nikki, karena
ia tidak ingin melukai hatinya sendiri. Selama ini Laras juga selalu memendam
perasaannya. Ia tidak pernah menceritakan luka hatinya pada Nela dan Viya
apalagi Nikki. Mungkin itu juga yang menyebabkan Laras semakin sakit, sebab tak
ada kawan yang bisa menghiburnya disaat hatinya lara.
Setiap hari Laras bersedih. Setiap
hari Laras berdo’a kelak Alif akan kembali padanya. Tapi di setiap do’a nya ia
selalu bingung, karena jika ia mengharapkan Alif, maka sahabatnya pun akan
terluka. Sehingga ia pun mengganti do’a nya. Dia meminta agar dia bisa
melupakan Alif dan hidup bahagia seperti yang dirasakan Alif saat ini.
Setelah lulus dari SMP NUSA BANGSA.
Laras sudah mulai bisa melupakan perasaannya kepada mantan kakaknya. Dan kini
Laras ingin mencari cinta yang baru yang bisa membuatnya lepas dari kekangan
penyesalan masa lalunya. Akhirnya sekarang Laras telah menemukan cinta barunya,
orang yang bisa membuat Laras bahagia dan melupakan segala kesedihannya.
Hingga
pada suatu malam Laras menuliskan sesuatu di buku hariannya.
“Aku
tahu, ini memang sudah terlalu lama. Aku tahu kau pergi dan memilih dia
beberapa bulan yang lalu.
Hingga
kini status kita sudah berubah menjadi siswa SMA, kau sama sekali tidak pernah
menghubungiku. Tapi semua itu hanya masa laluku yang begitu penuh luka dan
liku.
Kini aku punya tambatan baru, yang bisa
membebaskanku dari belenggu masa lalu. Dan bisa membimbingku ke arah
kebahagiaan. Aku tahu melupakanmu itu begitu sulit. Aku tahu semua yang telah
kita lalui begitu aneh di mata orang lain.
Tapi aku sadar, di balik luka dan kesedihanku,
ternyata Allah sedang mengajariku dan memberikanku berkah. Akhirnya sekarang
kebahagiaan menjadi milikku. Dan aku sudah benar-benar melupakanmu. Selamat
tinggal masa lalu.”
Setelah menuliskan isi hatinya, Laras
segera menutup buku hariannya, dan membereskan buku yang berantakan di atas
kasurnya. Kemudian dia beranjak ke atas kasurnya. Segera ia berdo’a dan lelap
dalam tidurnya.
No comments:
Post a Comment