Thursday, 20 April 2017

Cerpen : Buku Harian Laras


Buku Harian Laras
(Nurul Fajariyana)

Liburan panjang semester genap, membuat seorang gadis menjadi malas. Bahkan membuka buku pun sangat sulit dilakukan oleh Laras. Laras adalah seorang murid dari SMP NUSA BANGSA, yang kini telah naik ke bangku kelas delapan. Nama lengkapnya adalah Kencana Larasati. Karena besok liburan akan berakhir, Laras mencoba membuka buku pelajarannya. Namun tidak sadar bukunya malah digunakan untuk menutupi muka, karena Laras telah tertidur.
Keesokan harinya Laras bangun pagi. Dan segera mengemasi buku-buku yang hendak dibawanya ke sekolah nanti. Laras sedikit malas untuk berangkat, namun apalah daya. Kakinya harus tetap melangkah karena telinganya selalu mendengar teriakan ibunya.
Hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester genap tentulah sangat menyebalkan. Setelah pembagian kelas selesai. Sekarang Laras adalah siswa kelas 8 E di SMP NUSA BANGSA. Hari pertama ini masih terlihat sangat canggung karena siswa-siswi masih dalam proses beradaptasi di lingkungan kelas barunya. Begitu juga Laras, karena yang hanya  dikenalnya  adalah Nela. Nela adalah sahabat dan teman Laras di kelas tujuh, yaitu tujuh D. karena Laras hanya mengenal Nela, dan Nela juga hanya mengenal Laras, maka mereka memutuskan  untuk duduk satu bangku, di bangku bagian depan.
Dalam keheningan dan kecanggungan tersebut tiba-tiba
 “Tap.. tap.. ..”. terdengar suara kaki melangkah mendekati kelas 8 E. siapakah dia….?? ?? wajah-wajah penasaranpun mulai bermunculan, suasanapun seketika itu berubah saat seorang guru muncul dari belakang pintu yang tertutup. Dan ternyata dia adalah Bapak Subeno, seorang guru IPA yang kelak akan menjadi wali kelas mereka. Bapak Subeno dapat digolongkan sebagai guru yang kurang memuaskan dan sangat aneh. (haha:D).
“Ya Allah, udah wali kelasnya Bapak Subeno, kelas kita dipojok terus deket wc lagi, huuh sebenernya sih gak leveel.” Bisik Nela pada Laras, saat Pak Beno sedang asyik berceramah.
“huuss.. syukurin aja kali!!.” Jawab Laras sambil menahan tawa.
Walaupun kedua anak tersebut duduk di barisan paling depan, tapi sepertinya mereka yang paling sibuk bercanda. Sampai-sampai teman di belakang bangku mereka menasehatinya. Dan saat Pak Beno telah pergi, proses komunikasipun segera dimulai. Teman di belakang bangku Laras dan Nela mengajak berkenalan, sehingga mereka saling mengenal. Mereka adalah Viya Pangestika dan Nikki Aulia Fahmi. Lambat laun mereka semakin dekat, dan menjadi 4 sahabat sejati. Prestasi diantara mereka pun selalu berurutan, ranking 1,2,3 dan 4 di kelas selalu di tempati oleh mereka. Biasanya ranking satu ditempati oleh Laras, ranking dua Nela, ranking 3 Nikki dan ranking 4 dipegang oleh Viya. Tapi terkadang mereka juga tukar posisi.
Selain itu mereka berempat memiliki kepribadian yang hampir sama. Bahkan tanggal lahir Nikki dan Nela sama yaitu 30 November hanya saja berbeda tahun. Sedangkan Laras lahir pada tanggal 21 Juni 1997, dan Viya lahir pada tanggal 19 Juni 1997. Itu menyebabkan mereka terbagi menjadi dua kubu yang memiliki persamaan bulan lahir atau zodiak. Laras dan Viya berzodiak Gemini, sedangkan Nela dan Nikki berzodiak sagitarius. Sehingga mereka sering meledek dan menjelek-jelekkan zodiak yang lain. Tapi perbedaan tersebut membuat mereka semakin akrab dan dekat.
Suatu hari, Viya duduk di sebelah Laras dan mulai mencurahkan isi hatinya. Dia sedang bingung dengan perasaannya. Dia menceritakan masalahnya dengan orang yang disukainya, dan meminta Laras untuk memberikan solusi atau jalan keluar. Saat Laras tengah berfikir, dan Viya juga tengah asyik berbicara, tiba-tiba saja Viya menghentikan pembicaraannya dan  mengganti topik pembicaraan, sepertinya Viya teringat akan suatu  hal.
“Ras, ada yang minta nope mu looh…” Kata Viya
“Haa,, apaan lagian siapa juga ??” Jawab Laras sedikit penasaran.
“Haha,, emang ada kok!!!..Kasih tau nggak yah??” Ledek Viya.
“Iihh,,, emang siapa siih??” Laras mulai terlihat sangat penasaran.
“Alif ras,,,” Ungkap Viya  sambil menahan tawa.
“Haah,, kagak mungkin Neng Viya..” Ujar Laras.
“Nggak percaya amat, mau dikasih nggak nih nomernya??” Tanya Viya.
“Ya udah lah kasih aja….” Jawab Laras.
“Eh ciyaahh….” Ledek Laras.
Dua hari setelah kejadian tersebut, saat Laras tengah asyik belajar tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk. Kemudian ia membuka pesan itu dengan penuh penasaran.
“Hai… met sore???” Pesan dari nomor tak dikenal tersebut membuat Laras penasaran.
“Ini siapa yah??” balas Laras.
“Ini temen sekelas mu,, aku Alif.”
“Oh Alif yaah…”
“iyah, eh kmu ghi ngapain ras??”
“lg belajar nih..”
“ooh sory aku ganggu..”
“gak papa kok.. smsanya nanti aja yah..”
“okh,, byee muach.”
“Kok pesannya pake kiss siih?? Haduhh jangan sampe dia suka sama aku”. Bisik Laras di dalam hati.
Semakin hari, hubungan Laras dan Alif semakin dekat. Setiap hari mereka selalu mengirim pesan dan saling menghubungi, di dalam kelaspun mereka terlihat akrab seperti teman-teman yang lainnya. Namun kedekatannya tersebut tidak diketahui oleh ketiga sahabatnya, karena Laras tidak ingin mereka meledeknya dan berfikir yang bukan-bukan.
Tak terasa satu semester telah lewat. Hubungan Laras dan Alif semakin dekat, bahkan Laras mengira bahwa Alif menyukainya. Itu karena Alif selalu saja berbicara romantis layaknya kepada seorang kekasih. Saat Laras sedang asyik merenung tiba-tiba saja ponselnya berdering. Alunan lagu soundtrack drama Korea pun mulai terdengar.
Saengil chukhahamnida, saengil chukhahamnida saengil chukhahamnida dangsineui saengireul
Ternyata ada panggilan dari Alif. Alif mengajak Laras untuk keluar rumah (jalan-jalan). Oleh karena itu Laras segera merias diri dan pergi ke tempat yang telah mereka sepakati.
Akhirnya mereka bertemu di Taman dan duduk di bangku yang indah. Tiba-tiba Alif meraih tangan Laras dan menggenggamnya. Kecanggungan pun mulai tampak, sedikit demi sedikit Alif mulai membuka mulutnya.
“Ras, kamu tahu enggak.. bedanya aku sama lautan?” Ucap Alif.
“Apaan sih maksudnya..  Aku enggak tahu!!”. Jawab Laras.
“Kalau di dalam lautan itu banyak ikan, tapi di dalam hatiku cuma ada kamu..”. Ungkap Alif sambil menahan tawa.
“Oh iya, kamu tahu enggak bedanya kamu sama cincin?” Sambung Alif.
“Wuah, apalagi tuh?”. Laras pun mulai menebak-nebak.
“Kalau cincin itu melingkar di jariku, tapi kalau kamu melingkar di hatiku.” Jawab Alif.
Laras tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Alif. Tiba-tiba saja Alif menyambung perkataannya tadi.
“Itu beneran..” Ungkap Alif
Sontak Laras hanya terdiam dan bingung, tanpa tahu apa yang  harus ia ucapkan, karena selama ini ia hanya ingin berteman dengan Alif tidak lebih dari itu. Ucapan Alif tersebut memang belum bisa dikatakan menyatakan cinta, tapi secara tidak langsung, perkataan Alif memang sangat membingungkan Laras.
Laras terdiam sejenak, kemudian ia bangkit dari duduknya dan mulai mencurahkan isi hatinya.
“Maksud kamu apa sih lif? “Ujar Laras sambil berlari meninggalkan Alif.
Sesampainya di rumah, Laras langsung duduk di depan televisi untuk menenangkan hati dan fikirannya. Laras merasa bersalah karena meninggalkan Alif seorang diri, namun dia fikir itu adalah keputusan yang tepat. Berulang kali Alif mencoba menghubunginya, namun Laras selalu mematikannya. Bahkan pesan pun tak pernah lagi dibalasnya. Hingga akhirnya Alif mengirimkan sebuah pesan terakhir untuk Laras.
“Ras, kamu kenapa?. Aku minta maaf kalau aku udah bikin kamu bingung dan canggung. Tapi aku berharap kamu enggak akan berubah..” Laras benar-benar marah pada Alif, dan tidak berkehendak untuk membalas pesan dari Alif.
 Hingga satu minggu mereka tidak pernah berkomunikasi sama sekali. Bahkan hingga beberapa bulan. Namun lambat laun ada perasaan yang hilang dari diri Laras. Tak terasa ia merindukan sosok Alif dan mulai menyesali perbuatannya beberapa bulan yang lalu. Hingga semester genap berakhir dan mereka  dipisahkan oleh ruang kelas yang baru (kelas 9), mereka sama sekali tidak pernah berkomunikasi. Dan Laras mulai menyadari perasaannya bahwa sekarang ia mencintai Alif, seperti Alif dulu pernah mencintainya.
Hingga pada suatu hari ponsel Laras bergetar. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul di ponselnya.
“hai.. ap kbar?..”  Laras berfikir sejenak dan menjawab pesan itu.
“ni spa yah..??” Balas Laras.
“ni aku Alif..”
“oh my god.. apa ini mimpi??”.. bisiknya dalam hati.
Sejak saat itu hubungan yang renggang mulai rapat kembali, panggilan mereka pun mulai berubah. Laras memanggil Alif  kakak dan Alif memanggilnya adik bahkan tak jarang Alif memanggil Laras dengan sebutan sayang. Kini Laras berharap Alif masih menyimpan perasaan untuknya, walaupun Laras tidak satu kelas lagi dengan Alif maupun dengan ketiga sahabatnya. Karena Laras di kelas 9 A, Alif 9 F, Nela 9 B, Viya 9 D, dan Nikki satu kelas dengan Alif di 9F.
Semakin lama Laras makin mengetahui isi hatinya dan mulai membuka hatinya untuk Alif. Walaupun tidak jarang mereka sering bertengkar untuk hal-hal yang kecil. Tapi mereka juga saling memotivasi dan tak jarang mereka saling meledek satu sama lain, bahkan Laras sering meledek Alif dengan singkatan KSPB, yang artinya Kakakku Sok PlayBoy.
Di tengah kedekatan mereka tersebut, tiba-tiba pada suatu hari, terdengar desas desus di sekolah. Dan yang Laras tangkap dari desas-desus itu adalah Alif menyukai sahabatnya, yaitu Nikki. Betapa hancurnya hati Laras mendengar berita semacam itu.
“Ya Allah,, kenapa harus seperti ini? Kenapa Alif harus menyukai sahabatku sendiri??. Aku bingung Ya Allah, kepada siapa juga aku akan berkeluh kesah selain kepadamu Ya Allah??. Karena sangat tidak mungkin bagiku untuk mencurahkannya pada sahabat-sahabatku…” Bisik Laras di dalam ulu hatinya.
Sesakit apapun juga Laras mencoba menyembunyikan kesedihan itu di balik senyumnya. Seberat apapun juga Laras tetap mencoba meninggalkan perasaannya.
Beberapa hari kemudian terdengar gosip burung, bahwa Alif dan Nikki telah berpacaran. Dan ternyata itu  bukan hanya sekedar gosip. Itu memang benar-benar terjadi. Hati laras makin teriris mendengar Viya dan Nela meledek Nikki tentang hubungan mereka. Air mata hampir menetes ke pipi, namun mata Laras mencoba menahannya. Ia tidak ingin terlihat kecewa dengan berita yang seharusnya membahagiakan tersebut. Namun apalah daya kekuatan untuk bertahan mulai berkurang. Seketika itu wajah Laras berubah. Ia terlihat sangat sedih dan pucat, hingga Nela menanyakannya.
“Ras,, kamu kenapa.??..” Tanya Nela. Kemudian Nikki dan Viya pun ikut cemas.
“Enggak apa-apa kok. Aku cuma sedikit pusing aja.” Jawab Laras terpaksa.
“Tapi kamu pucat banget terus mata kamu merah.” Ucap Nikki.
“Aku baik-baik aja kok.” Jawab Laras, sembari menahan rasa sakitnya.
Sesampainya si rumah, Laras langsung meringkuk di atas kasurnya. Mencoba melupakan apa yang telah di dengarnya. Namun tiba-tiba ponselnya bergetar. Ternyata ada pesan dari Alif. Laras ingin membalasnya namun bingung apa yang harus dikatakannya. Apalagi Alif juga tidak pernah bilang jika statusnya kini telah berubah. Laras juga tidak ingin menyakiti hati Nikki jika suatu saat ia tahu, bahwa Laras dan Alif memiliki panggilan kakak/adik, dan Alif juga sering memanggil Laras sayang.
Hingga pada suatu hari ponsel Laras berdering, dan terdengarlah soundtrack drama korea.
Saengil chukhahamnida, saengil chukhahamnida saengil chukhahamnida dangsineui saengireul
Ternyata ada panggilan masuk. Segera ia pun melihat layar ponselnya dan mengangkatnya, ternyata panggilan itu dari Alif.
“Hai sayang lagi ngapain??” Ucap Alif.
Sebenarnya Laras tidak ingin mengangkat panggilan itu, namun dia tidak mau terlihat kecewa  dengan hubungan sahabatnya.
“Lagi tiduran nih, eh iya kamu udah jadian sama Nikki kok enggak bilang??” Tanya Laras.
“Maaf deh, maaf banget yah my princess yang cantik…” Jawab Alif.
“Iihh.. Maksud kamu apa sih?. Oh kalau gitu selamat yah ka, semoga hubungan kalian langgeng dan bahagia.” Ujar laras, sembari mencoba menahan air mata.
“iyaa, makasiih..” Ungkap Alif dengan nada gembira.
Setelah percakapan di tellphone tersebut berakhir, Laras kembali merenung dan tidak bisa melupakan ekspresi Alif yang didengarnya melalui tellphone. Laras berfikir jika hubungannya dengan Alif tetap seperti ini, maka ia akan melukai hati banyak orang termasuk hatinya sendiri.
Beberapa hari kemudian hubungan Alif dan Nikki semakin dikenal warga sekolah. Hati laras pun makin hancur, bagaikan pecahan kaca. Sore hari saat Laras tengah menangis menyesali perbuatan yang dulu ia lakukan. Tiba-tiba ponselnya berdering, terdengarlah soundtrack drama korea.
Saengil chukhahamnida, saengil chukhahamnida saengil chukhahamnida dangsineui saengireul
Ternyata panggilan dari Alif. Laras segera mengusap air matanya dan mulai mengecek suara, setelah dirasa suaranya normal ia segera mengangkat panggilan tersebut.
“Haloo…” Ucapnya sambil terbata-bata.
“Iyaa sayang, lagi apa??” Jawab Alif.
“Bisa nggak jangan panggil aku sayang, kan pacar kamu itu Nikki..” Ketusnya mencoba memberanikan diri.
“Emang kenapa sih yank?. Aku sayang kamu tapi aku lebih sayang sama Nikki!!”. Jawab Alif.
Sontak kata-kata tersebut langsung terngiang di telinga Laras, hatinya seakan hancur dan tak mampu lagi mendorong otaknya untuk berfikir.
“Kamu tuh nyebelin yah,, aku kan udah bilang jangan panggil aku sayang!!”. Ungkapnya.
“Kamu kenapa sih?? Sekarang tuh kamu udah bener-bener berubah!! Pantesan ranking kamu turun, malah lebih tinggi Nikki!!.. Ketus Alif.
Laras sangat bingung, harusnya Laras yang sedang marah kepada Alif, tapi sekarang malah terbalik. Bahkan Alif sudah membuat Laras sangat membencinya, walaupun sebenarnya hati Laras masih suka. Laras mencoba berfikir dan mulai merangkai kata-kata.
“Ya udahlah, yang berubah itu perasaan kamu!!. Oh iya dari pada setiap kita berkomunikasi malah bertengkar.. gimana kalau mulai saat ini kita nggak usah berhubungan lagi.” Ucap Laras.
“Dan hapus nomorku dari kontakmu, dan aku juga akan nglakuin itu!!.” Sambungnya.
“Oh,, okeh.. kamu itu udah bener-bener berubah ya..!!” Kemudian Alif menutup tellphone nya.
Sejak saat itu hubungan mereka mulai renggang seperti dulu. Kini Alif sudah benar-benar melupakan Laras. Tapi Laras, masih terus berharap dalam setiap mimpinya. Kini Alif tidak pernah lagi menghubunginya. Nomor Alif pun sudah terlanjur dihapus oleh Laras. Setiap hari sepulang sekolah ia selalu menangis, ia selalu menyesali perbuatannya sambil melihat layar ponselnya berharap Alif akan menghubunginya. Hari demi hari Laras lewati dengan tangisan. Minggu demi minggu ia lewati dengan kesedihan. Bulan demi bulan ia lewati dengan kegalauan.
Bahkan saat Alif berulang tahun, pada tanggal 1 Juni 2012. Laras tidak mengucapkan selamat pada Alif, karena ia ingin benar-benar melupakan Alif, walaupun dengan sangat terpaksa. Akhirnya selang 20 hari tepatnya pada hari ulang tahun Laras, Alif juga tidak mengucapkan selamat sama sekali. Hingga Laras sempat berfikir, bahwa Alif telah melupakan segalanya yang berhubungan dengan diri Laras.
Yang semakin membuat Laras sakit adalah kenyataan bahwa Alif adalah orang pertama yang ia sukai. Atau bisa dikatakan sebagai cinta pertama Laras. Walaupun mungkin dulu Alif tidak mencintainya dengan setulus hati, namun Laras selalu memberikan rasa cinta dan kasih sayangnya yang begitu tulus dan besar kepada Alif.
Selain hubungan mereka yang semakin renggang, hubungan antara keempat sahabat tersebut juga mulai jauh. Apalagi hubungan Laras dengan Nikki. Laras sengaja ingin menghindar dari Nikki, karena ia tidak ingin melukai hatinya sendiri. Selama ini Laras juga selalu memendam perasaannya. Ia tidak pernah menceritakan luka hatinya pada Nela dan Viya apalagi Nikki. Mungkin itu juga yang menyebabkan Laras semakin sakit, sebab tak ada kawan yang bisa menghiburnya disaat hatinya lara.
Setiap hari Laras bersedih. Setiap hari Laras berdo’a kelak Alif akan kembali padanya. Tapi di setiap do’a nya ia selalu bingung, karena jika ia mengharapkan Alif, maka sahabatnya pun akan terluka. Sehingga ia pun mengganti do’a nya. Dia meminta agar dia bisa melupakan Alif dan hidup bahagia seperti yang dirasakan Alif saat ini.
Setelah lulus dari SMP NUSA BANGSA. Laras sudah mulai bisa melupakan perasaannya kepada mantan kakaknya. Dan kini Laras ingin mencari cinta yang baru yang bisa membuatnya lepas dari kekangan penyesalan masa lalunya. Akhirnya sekarang Laras telah menemukan cinta barunya, orang yang bisa membuat Laras bahagia dan melupakan segala kesedihannya.
Hingga pada suatu malam Laras menuliskan sesuatu di buku hariannya.
“Aku tahu, ini memang sudah terlalu lama. Aku tahu kau pergi dan memilih dia beberapa bulan yang lalu.
Hingga kini status kita sudah berubah menjadi siswa SMA, kau sama sekali tidak pernah menghubungiku. Tapi semua itu hanya masa laluku yang begitu penuh luka dan liku.
 Kini aku punya tambatan baru, yang bisa membebaskanku dari belenggu masa lalu. Dan bisa membimbingku ke arah kebahagiaan. Aku tahu melupakanmu itu begitu sulit. Aku tahu semua yang telah kita lalui begitu aneh di mata orang lain.
 Tapi aku sadar, di balik luka dan kesedihanku, ternyata Allah sedang mengajariku dan memberikanku berkah. Akhirnya sekarang kebahagiaan menjadi milikku. Dan aku sudah benar-benar melupakanmu. Selamat tinggal masa lalu.”

Setelah menuliskan isi hatinya, Laras segera menutup buku hariannya, dan membereskan buku yang berantakan di atas kasurnya. Kemudian dia beranjak ke atas kasurnya. Segera ia berdo’a dan lelap dalam tidurnya.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Total Pageviews

Artikel Terpopuler