Menurut
kebanyakan orang bahwa warna darah atau warna merah dilambangkan dengan
keberanian dalam berbagai hal atau masalah di berbagai tempat. Tetapi tidak untuk aku
warna darah adalah warna yang membuat aku merasakan sakit kepala (pusing) yang
tidak karuan bahkan sering kali aku melihatnya akupun bias sampai pingsan. Jadi
apa yang di ungkapkan atau dilontarkan oleh banyak orang yang menyatakan bahwa
warna merah darah itu pemberani tapi ibarat itu tidak cocok untuk diriku yang
sangat takut dengan darah. Disini aku akan menceritakan tentang pengalamanku
yang sangat takut dengan darah.
Waktu aku masih
kecil kira-kira umurku 2,5 tahun, aku dan teman-temanku senang sekali bermain
bersama-sama apalagi kalu disuruh bermain masak-masakan kayak ibu kalau lagi
masak di dapur buat makan aku sama ayah. Waktu itu aku dan temanku yang bernama
Agita bermain bersama sangking asyiknya atau dimana ditengah-tengah kami
bermain tiba-tiba jariku teriris pisau, walaupun pisau itu tidak tajam tetapi
pisau itu mampu membuat jariku meneteskan darah. Entah kenapa setelah teriris
pisau aku hanya bisa teriak memanggil ibu dan sambil memanggil ibu aku
memandangi jariku yang teriris pisau, tidak lama kemudian setelah ibu keluar
dari rumah kepalaku tiba-tiba pusing dengan lemasnya akupun terjatuh dipangkuan
ibu. Ibuku bingung, apa yang harus dia lakukan, apakah karena terlalu kaget
atau cemas sampai-sampai aku ditaruh di lantai tetanggaku langsung mendekat dan
memarahi ibuku karena dia hanya bisanya mondar-mandir saja.
Setelah beberapa
lama aku pingsan dan sudah dibantu sama tetanggaku akupun bangun sambil
menangis karena jariku sangat sakitjika digerakan. Semenjak kejadian itu aku
nggak pernah mainan dengan yang namanya pisau ataupun benda tajam lainya.
Setelah aku berumur 10 tahun aku dan Agita bermain dengan teman-teman kami
bermain permainan tradisional kalau di desaku namanya “Sundamanda” tapi aku
nggak tau kalau di desa kalian. Setelah bermain cukup lama tiba-tiba Agita
teriak kesakitan terus dia menangis kesakitan, setelah aku dekati ternyata
kakinya terkena pecahan kayu yang menusuk di telapak kakinya. Dia menangis
kesakitan melihat kejadian itu aku ikut sedih dan takut banget soalnya darah
yang keluar dari telapak kakinya itu banyak banget.
Aku pun
mengantar Agita sampai dirumah, yang membuat aku heran adalah kenapa disetiap
perjalanan pulang aku selalu melihat darah yang menetes dari kaki Agita,
disepanjang perjalanan aku nggak bisa ngomong apa-apa aku hanya bisa memapah
Agita dan sambil melihat seberapa banyak
darah yang menetes dari kakinya. Setelah sampai di pertengahan jalan aku sudah
merasakan lemas dan sedikit agak pusing yang tidak karuan. Tetapi aku mencoba
untuk tetap bertahan dan mengantar Agita sampai rumah agar bisa di obati oleh
ibunya.
Setelah sampai
depan rumah, ternyata dirumah Agita tidak ada orang, ibuku melihat Agita
menangis dan melihat kakinya mengeluarkan banyak darah. Ibuku membantu
mengobati lukanya itu. Karena aku sudah tidak kuat lagi berjalan, akupun pulang
kerumah. Setibanya aku dirumah aku merasa akan pingsan, tepat dibelakangku ada
saudara perempuanku dia bernama lilies, tiba-tiba aku jatuh di depan dia, diapu
terkejut melihatku pingsan. Dengan cepat dia langsung membawaku ke kamar ,
karena badanku yang lumayan gemuk tapi itu dulu sekarang aku sudah kurus atau
bisa dibilang langsing.
Saudaraku agak
kesusahan tetapi aku diberi minyak kayu putih dan segelas air the manis yang hangat. Karena sudah cukup lama aku
nggak bangun-bangun saudaraku langsung memanggil ibuku yang sedang mengobati
Agita. Dengan terpaksa ibuku meninggalkan Agita lalu Ibuku digantikan oleh
saudaraku. Setelah ibu mengobatiku
akhirnya aku bangun juga. Ibuku sangat khawatir dengan keadaanku yang
apabila melihat darah pasti langsung pingsan. Setelah beberapa minggu akupun
pergi ke dokter gigi untuk mencabut gigiku yang berlubang, sebelum berangkat
aku sudah takut kalau melihat darah, tapi aku dibujug oleh ibu dengan
iming-iming setelah cabut gigi nanti kita jalan-jalan dan aku dibelikan
semangkuk bakso makanan favorit aku.
Akhirnya aku
menurut dan mau untuk cabut gigi, setelah tiba di puskesmas Windunegara ibu dan
aku langsung mendaftarkan diri, setelah nunggu cukup lama, tiba-tiba namaku
dipanggil. Aku merasa gugup dan deg-degan dengan kencang setelah masuk kedalam
ruang pencabut gigi, di dalam ruang tersebbut cukup gelap hanya ada lampu
dimana aku duduk dan lampu itu tepat diatas wajahku, disekelilingku terdapat
pisau dan alat-alat untuk mencabut gigi yang menyeramkan, semua keringat panas
dinginku keluar setelah disuntik di bagian gusi supaya tidak terasa sakit
gigiku pun dicabut, sewaktu dicabut memang tidak terasa apa-apa.
Setelah selesai
aku diberi satu gelas air untuk berkumur. Setelah berkumur aku diberi satu gumpalan
kapas yang sudah diberi alcohol oleh dokter tersebut supaya diletakan ditempat
dimana gigiku yang barusaja dicabut. Setelah selesai semua urusanku aku dan
ibukupun pulang. Setelah keluar dari pintu keluar puskesmas tiba-tiba kepalaku
pusing dikarenakan aku melepas kapas yang ada pada gigiku yang terdapat
banyak darah dan tiba-ttiba dengan
begitu pula akupun kembali pingsan. Ibuku yang kaget langsung memanggil dokter
yang berada didalam puskesmas tersebut, dokter dan ibuku langsung memapahku
masuk kedalam puskesmas untuk diobati. Setelah beberapa menit akupun bangun,
setelah aku bangun tiba-tiba aku diperiksa dan diberi pertanyaan oleh beliau.
Setelah diperiksa selesai aku dan ibuku langsung bergegas untuk pulang.
Semenjak kejadian itu aku langsung menjaga diriku agar tidak melihat darah.
Setelah aku
lulus dari SMP akupun melanjutkan sekolahku di SMA Negeri Ajibarang. Disekolah
ini tersedia berbagai macam ekstrakulikuler. Aku memilih ekstra PMR karena
menurutku jika aku mengikuti ekstra tersebut aku pasti bisa mernghilangkan
phobiaku sedikit demi sedikit. Setelah aku mengikuti ekstra tersebut beberapa
minggu, di ekstra tersebut mengadakan RIMARU yang diikuti oleh semua anak-anak
yang mengikuti ekstra tersebut. Ekstra tersebut di lakukan seperti acara penerimaan
siswa baru yang isinya permainan dan penggemblengan. Pada waktu itu tepatnya
sehari setelah menginap kami semua dikumpulkan jadi satu baik laki-laki maupun
perempuan kita semua dikumpulkan di kantin sekolah, kami semua diberi makanan
kecil yaitu agar-agar.
Kamipun ditanya
oleh Bapak Irsyam dan kakak-kakak pendamping. Bapak Irsyam pun bertanya siapa
yang takut dengan darah, akupun mengacungkan jariku, lalu Bapak Irsyam bertanya
kalau lihat darah rasanya gimana, akupun menjawab rasanya lemas dan ingin
pingsan pak. Setelah kami semua berbincang-bincang kamipun dipanggil satu
persatu untuk mengikuti tradisi penerimaan anggota PMR.
Satu persatu
teman-teman yang lai di panggil dari mulai perempuan sampai dengan yang
laki-laki.sebelum tradisi tersebut dimulai aku dan teman-teman itu diberi
sebuah peraturan atau instruktur yaitu dilarang melawan apapun yang
diperintahkan dan menuruti semua kakak-kakak yang bersangkutan. Sewaktu temanku
Riska dipanggil aku merasa gugup karena kakak-kakak pendamping menakuti kami
dengan perkataan bahwa nanti akan banyak darah yang berceceran dan akan banyak
jarum suntik. Setelah Riska berjalan dari kantin dengan ditemani kakak
pendamping selanjutnya setelah sampai di depankelas Riska pu disuruh berjalan
sendiri. Tak lama kemudian setelah Riska pergi tiba-tiba ada teriakan-teriakan
histeris yang tidak karuan ada yang memanggil nama ibu ada pula yang berteriak
sambil meminta tolong.
Mendengar
teriakan tersebut akupun makin takut saja, karena apa yang dikatakan oleh
kakak-kakak pendamping itu benar.
Tidak lama
kemudian namaku dipanggil dengan kagetnya akupun teriak, karerna mungkin aku
takut jika melihat darah. Mungkin karerna Pak Irsyam kasihan melihat raut
mukaku yang ketakutan akhirnya beliau yang menemaniku sampai kedepan kelas. Dimana
didepan kelas tersebut sudah terdapat banyak bunga kamboja dan berbau yang tidk
sedap seperti bau orang meninggal. Disetiap perjalanan aku diberi nasehat oleh
Pak Irsyam supaya tidak melawan kepada siapapun. Setelah aku berjalan sampai di
depan pintu gerbang yang letaknya dibelakang koperasi siswa, akupun
diperintahkan untuk memejamkan kedua mataku. Setelah aku memejamkan kedua
mataku akupun langsung masuk kedalam pintu gerbang tersebut yang lataknya di
kamar mandi.
Disitu aku
disuruh berjalan merangkak dengan mata yang tertutup, aku semakin takut karena
disitulah aku dikerjain oleh kakak senior yang ternyata bukan darah yang
diusapkan ke mukaku yang ternyata adalah tepung terigu serta lipstick yang
banyak, serta stempel yang dicapkan ke dahi yang diibaratkan seperti tertusuk
jarum suntik. Setelah selesai berjalan merangkak tiba-tiba aku disuruh berdiri
dan diberi sebuah spidol untuk bertanda-tanda serta di foto kayak penjahat.
Setelah semua
anak selesai tiba-tiba kami semua disuruh berkumpul dilapangan dalam sekolah.
Kami dipandu oleh Mas Putut, Mas Putut dengan Pak Irsyam membuat kesepakatan
dengan kami untuk kembali mengerjai kakak senior yang telah mengerjai kami.
Akhirnya kami semua sepakat dengan apa yang dikatakan Mas Putut dan Pak Irsyam.
Kami semua pun menggunakan tepung terigu yang sudah disiapkan oleh Mas Putut
dengan ketentuan kami semua harus mengenai muka para kakak senior pada saat
mereka semua sedang dimarahi oleh Pak Irsyam. Setelah semua kakak senior
dikumpulkan dan dimarahi oleh Pak Irsyam aku dan teman-teman yang lain pun
mengoleskan tepung terigu tersebut ke muka para kakak senior. Setelah selesai
bercanda aku dan teman-teman diberi pengarahan oleh Pak Irsyam, lalu kami semua
berjabat tangan antara satu sam lain sembari menyanyikan lagu Mars PMI. Setelah
berjabat tangan aku dan teman-temanku langsung membersihkan muka dan
membersdihkan semua peralatan yang telah digunakan untuk bersiap-siap untuk
pulang kerumah masing-masing.
Setelah
mengikuti RIMARU disekolah. Disekolahku khususnnya ekstrakulikuler PMR
mengadakan cek golongan darah yang dilaksanakan kalau nggak salah satu minggu
setelah kegiatan RIMARU dilaksanakan. Dengan rasa terpaksa dan penasaran akupun
mengikuti tes golongan darah tersebut yang dilaksanakan di kelasku yaitu kelas X
A. Setelah menunggu dari pagi ternyata petugas cek golongan darah tersenut
tidak datang juga, ternyata setelah Pak Irsyam menelepon petugas tersebut
ternyata petugas tersebut tidak mengetahui bahwa di SMA kami juga diadakan cek
golongan darah, akhirnya petugas cek golonngan darah tersebut meminta maaf dan
petugas tersebut berbicara bahwa dia kan datang terlambat ke sekolah, dan Pak
Irsyam pun memaklumi tersebut. Dan Pak Irsyam juga meminta maaf kepada kami
semua yang telah mendaftar cek golongan darah tersebut karena tidak sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
Setelah
menunggu cukup lama setelah pukul 10.00
WIB akhirbya petugas cek golongan darah tersenut datang juga. Satu persatu kami
dipanggil untuk melakukan cek golongan darah tersebut. Setelah beberapa anak
dipanggil tiba-tiba namaku dipanggil, aku pun terkejut karena baru pertama
kalinya aku akan di cek golongan darah. Sanking takutnya kedepan, akupun meminta
salah satu temanku untuk menuntunku ke depan. Sesampainya di depan aku
menjulurkan jariku ke petugas tersebut, aku pun di ajak berbincang-bincang oleh
petugas tersebut. Tiba-tiba aku merasakan dingin di jariku.
Yang terjadi
adalah jariku diberi sedikit alcohol supaya tidak merasakan sakit pada waktu
disuntik. Ditengah-tengah perbincangan tersebut aku merasakan seperti di gigit
semut yang terjadi adalah ternyata jarum suntik sudah tertanam di jariku,
akupun teriak tetapi bukan karena sakit tetapi karena terkejut. Teman-teman
yang lain pun bertanya kenapa aku teriak membuat yang lain tambah takut. Yang
merasa sakit bukan saat jarum suntik tersebut tertanam dijariku yang membuat sakit
itu pada saat darah yang ada dijariku itu disedot atau diambil dengan selang
yang berukuran kecil rasanya sangat atau lumayan sakit dan perih.
Setelah diambil
lalu darahku tersebut diteteskan ke dalam tempat yang sudah diberi
cairan-cairan khusus. Setelah di cek ternyata hasilnya langsung keluar aku kira
dua hari atau tiga hari setelah diambil dan diberitahu ternyata darahku
bergolongan A+. dari kejadian tersebut aku sudah mulai berani untuk melihat
darah dan memegang jarum suntik walaupun sedikit-sedikit. Walaupun sehabis itu
aku masih merasakan pusing yang tidak karuan tetapi aku merasa senang karena
aku tidak sampai pingsan. Walaupun aku melihat darah masih pusing yang tidak
karuan sampai-sampai jalan keluar kelas pun aku harus di papah oleh temanku
yang penting dan membuatku senang seperti orang mendapatkan apa yang tidak
diduga aku nggak pingsan.
Setelah aku melakukan cek golongan
darah badanku merasakan lemas yang lumayan membuatku mearasakan lapar.Tetapi
karana tidak ada teman akhirnya akupun tidak memutuskan untuk pergi ke kantin.
Aku pun memutuskan untuk pergi ke lapangan depan bersama teman-teman yang
lainnya. Di pertengahan perjalananku menuju ke lapangan depa, didepan UKS
tepatnya di depan uks laki-laki aku melihat ada kakak kelas XII yang sedang
mendonorkan darahnya.
Aku melihat dia ayang sedang
mendonorkan darahnya, akupun melihat dari pertama jarum yang akan di tancapkan
ke tangan dia,begitu aku melihatnya tersentak aku teriak dengan kerasnya karna
bergitu aku kagetnya. Di dalam hati kecilku berkata “ Dia anak laki-laki saja
bisa merasakan sakit dan sedikit kesakitan seperti itu apa lagi aku yah..?”.
aku pun semakin takut melihatnya karna sudah tidak tahan akhirnya aku pun
langsung bergegas keluar dari kerumunan orang tersebut sebelum aku jatuh
pingsan karna aku melihatnya.
Setelah keluar dari kerumunan orang
tersebut aku duduk di depan lapangan dalam untuk menenangkan diri sebentar
karna kepala aku yang sedikit merasakan pusing yang lumayan membuat badanku
sedikit lemas.setalah cukup dengan aku beristirahat aku dan temanku pun
melanjutkan perjalananku ke depan lapangan luar. Stelah sampai di lapangan luar
akupun berkumpul dengan teman-temanku yang lain untuk menyuporteri teman
laki-lakiku yang sedang berlomba dalam acara bosnia.
Setelah sampai di lapangan luar aku
pun berbincang-bincang dengan teman yang lain. Setelah aku lama di situ ,
tiba-tiba ada salah satu temanku ada yang mengejek kepadaku mereka pun
berbicara “ Hey…. iga kenapa kamu kok takut sama darah, padahalkan kamu seorang
perempuan kok takut sama darah.” Ujar salah satu teman laki-lakiku.
Aku pun menjawab
“ Hemmmm… mana aku tau, sejak kecil aku sudah takut melihat darah. Jadi kalian
jangan mengejek aku,”.
Teman yang lain
menjawab “ oke lah, woles donk namanya saja aku bercanda jangan di ambil hati
donk.” (sambil melemparkan muka yang sedikit mengejek diriku)
Aku pun menjawab
“ Hemmm… yah oke lah,” (dengan muka yang sedikit cemberut)
Aku pun dan teman-teman yang lain
pun kembali bersorak-sorak untuk menyemangati teman-teman yang sedang berlomba.
Temanku yang bernama Ade Purwati mengajak diriku untuk pergi ke warung depan
untuk membelikan air minum untuk teman-teman yang sedang berlomba.
Setiba aku di depan pint gerbang
sekolah akupun melihat orang yang berada di depanku yang sedang membawa sepeda
motor degan kencangnya, tiba-tiba dia tergelincir dan langsung jatuh tepat di
depan diriku, dan yang membuat aku lebih terkejut adalah pada saat orang
tersebut jatuh tiba-tiba dia berdiri tepat dilututnya keluar darah yang lumayan
banyak. Sehingga membuat aku yang melihatnya merasakan sedikit pusing dengan
badan yang sedikit lemas.Ade pun terkejut melihat raut mukaku yang berubah
menjadi pucat karena melihat darah yang keluar dari lutut orang tersebut.
Ade pun berkata
:” Iga kamu kenapa kok tiba-tiba kamu menjadi pucat seperti itu?”
Aku pun
menjawab:” Engga de aku Cuma sedikit merasakan pusing karena aku melihat darah
yang berada dilutut orang tersebut.”
Ade berkata: “
kenapa kamu yang harus pusing sedangakan orang yang kecelakaan saja tidak
merasakan apa-apa.(menjawab sambil tersenyum , yang sedikit mengejek)
Aku menjawab: “
Kamu tau sendiri kan de aku itu takut sekali dengan darah atau bisa dibilang
darah adalah pobia diriku, jadi kamu jangan mempersoalkan masalah ini.”(dengan
raut muka yang sedikit cemberut)
Ade menjawab:
oke lah aku meminta maaf kepadamu.”
Setelah cukup lama berbincang
akhirnya aku dengan Ade langsung melanjutkan perjalananku untuk membeli air
minum yang sudah di tunggu oleh teman-teman yang lainnya.Mungkin karena aku
takut atau masih kaget karena kejadian tersebut, sampai-sampai sewaktu aku mau
menyebrangi jalan raya aku pun memegangi tangan Ade untuk menyeberangi jalan
raya itu.Ade pun merasa tidak nyaman karena aku yang memegangi tangan Ade yang
terlalu berlebihan pada saat menyeberangi jalan raja itu.
Setelah mendapatkan atau membeli air
minum tersebut aku dan Ade langsung kembali ke lapangan, untuk memberikan air
minum yang telah di tunggu oleh teman-teman yang lain. Sewaktu aku sampai di
lapanngan tiba-tiba aku dengan Ade dimarahi oleh teman-teman yang lain karena
aku yang terlalu lama membeli air minum.
Dengan rasa yang sedikit marah aku
pun juga ikut memarahi mereka, karena gara-gara mereka menyuruh diriku membeli
air minum jadinya aku melihat orang kecelakaan yang mengeluarkan lumayan banyak
darah yang membuat kepalaku sedikit pusing dan badanku yang menjadi lemas.
Dari semua pengalaman yang telah aku
alami pada saat melihat darah aku merasakan ada senangnya aku dan ada tidaknya
aku mempunyai pobia atau ketakutan di diriku dengan darah.Dan kekuranganku
apabila aku melihat darah yang tiba-tiba jatuh pingsan.Mungkin kalau di
pikir-pikir senangnya aku bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari kedua
orang tuaku dan orang-orang yang dekat dengan diriku. Walaupun itu sebenarnya
sudah aku dapatkan baik dari keluargaku ataupun sahabat-sahabatku yang lain.
Mungkin sedikit aneh yah melihat darah sampai-sampai aku pingsan, mungkin hal itu
tidak wajar tetapi memang itulah yang terjadi.
No comments:
Post a Comment