Monday, 1 May 2017

Cerpen : Diriku Tak Semerah Darah


Menurut kebanyakan orang bahwa warna darah atau warna merah dilambangkan dengan keberanian dalam berbagai hal atau masalah di berbagai tempat. Tetapi tidak untuk aku warna darah adalah warna yang membuat aku merasakan sakit kepala (pusing) yang tidak karuan bahkan sering kali aku melihatnya akupun bias sampai pingsan. Jadi apa yang di ungkapkan atau dilontarkan oleh banyak orang yang menyatakan bahwa warna merah darah itu pemberani tapi ibarat itu tidak cocok untuk diriku yang sangat takut dengan darah. Disini aku akan menceritakan tentang pengalamanku yang sangat takut dengan darah.
Waktu aku masih kecil kira-kira umurku 2,5 tahun, aku dan teman-temanku senang sekali bermain bersama-sama apalagi kalu disuruh bermain masak-masakan kayak ibu kalau lagi masak di dapur buat makan aku sama ayah. Waktu itu aku dan temanku yang bernama Agita bermain bersama sangking asyiknya atau dimana ditengah-tengah kami bermain tiba-tiba jariku teriris pisau, walaupun pisau itu tidak tajam tetapi pisau itu mampu membuat jariku meneteskan darah. Entah kenapa setelah teriris pisau aku hanya bisa teriak memanggil ibu dan sambil memanggil ibu aku memandangi jariku yang teriris pisau, tidak lama kemudian setelah ibu keluar dari rumah kepalaku tiba-tiba pusing dengan lemasnya akupun terjatuh dipangkuan ibu. Ibuku bingung, apa yang harus dia lakukan, apakah karena terlalu kaget atau cemas sampai-sampai aku ditaruh di lantai tetanggaku langsung mendekat dan memarahi ibuku karena dia hanya bisanya mondar-mandir saja.
Setelah beberapa lama aku pingsan dan sudah dibantu sama tetanggaku akupun bangun sambil menangis karena jariku sangat sakitjika digerakan. Semenjak kejadian itu aku nggak pernah mainan dengan yang namanya pisau ataupun benda tajam lainya. Setelah aku berumur 10 tahun aku dan Agita bermain dengan teman-teman kami bermain permainan tradisional kalau di desaku namanya “Sundamanda” tapi aku nggak tau kalau di desa kalian. Setelah bermain cukup lama tiba-tiba Agita teriak kesakitan terus dia menangis kesakitan, setelah aku dekati ternyata kakinya terkena pecahan kayu yang menusuk di telapak kakinya. Dia menangis kesakitan melihat kejadian itu aku ikut sedih dan takut banget soalnya darah yang keluar dari telapak kakinya itu banyak banget.
Aku pun mengantar Agita sampai dirumah, yang membuat aku heran adalah kenapa disetiap perjalanan pulang aku selalu melihat darah yang menetes dari kaki Agita, disepanjang perjalanan aku nggak bisa ngomong apa-apa aku hanya bisa memapah Agita  dan sambil melihat seberapa banyak darah yang menetes dari kakinya. Setelah sampai di pertengahan jalan aku sudah merasakan lemas dan sedikit agak pusing yang tidak karuan. Tetapi aku mencoba untuk tetap bertahan dan mengantar Agita sampai rumah agar bisa di obati oleh ibunya.
Setelah sampai depan rumah, ternyata dirumah Agita tidak ada orang, ibuku melihat Agita menangis dan melihat kakinya mengeluarkan banyak darah. Ibuku membantu mengobati lukanya itu. Karena aku sudah tidak kuat lagi berjalan, akupun pulang kerumah. Setibanya aku dirumah aku merasa akan pingsan, tepat dibelakangku ada saudara perempuanku dia bernama lilies, tiba-tiba aku jatuh di depan dia, diapu terkejut melihatku pingsan. Dengan cepat dia langsung membawaku ke kamar , karena badanku yang lumayan gemuk tapi itu dulu sekarang aku sudah kurus atau bisa dibilang langsing.
Saudaraku agak kesusahan tetapi aku diberi minyak kayu putih dan segelas air the manis  yang hangat. Karena sudah cukup lama aku nggak bangun-bangun saudaraku langsung memanggil ibuku yang sedang mengobati Agita. Dengan terpaksa ibuku meninggalkan Agita lalu Ibuku digantikan oleh saudaraku. Setelah ibu mengobatiku  akhirnya aku bangun juga. Ibuku sangat khawatir dengan keadaanku yang apabila melihat darah pasti langsung pingsan. Setelah beberapa minggu akupun pergi ke dokter gigi untuk mencabut gigiku yang berlubang, sebelum berangkat aku sudah takut kalau melihat darah, tapi aku dibujug oleh ibu dengan iming-iming setelah cabut gigi nanti kita jalan-jalan dan aku dibelikan semangkuk bakso makanan favorit aku.
Akhirnya aku menurut dan mau untuk cabut gigi, setelah tiba di puskesmas Windunegara ibu dan aku langsung mendaftarkan diri, setelah nunggu cukup lama, tiba-tiba namaku dipanggil. Aku merasa gugup dan deg-degan dengan kencang setelah masuk kedalam ruang pencabut gigi, di dalam ruang tersebbut cukup gelap hanya ada lampu dimana aku duduk dan lampu itu tepat diatas wajahku, disekelilingku terdapat pisau dan alat-alat untuk mencabut gigi yang menyeramkan, semua keringat panas dinginku keluar setelah disuntik di bagian gusi supaya tidak terasa sakit gigiku pun dicabut, sewaktu dicabut memang tidak terasa  apa-apa.
Setelah selesai aku diberi satu gelas air untuk berkumur. Setelah berkumur aku diberi satu gumpalan kapas yang sudah diberi alcohol oleh dokter tersebut supaya diletakan ditempat dimana gigiku yang barusaja dicabut. Setelah selesai semua urusanku aku dan ibukupun pulang. Setelah keluar dari pintu keluar puskesmas tiba-tiba kepalaku pusing dikarenakan aku melepas kapas yang ada pada gigiku yang terdapat banyak  darah dan tiba-ttiba dengan begitu pula akupun kembali pingsan. Ibuku yang kaget langsung memanggil dokter yang berada didalam puskesmas tersebut, dokter dan ibuku langsung memapahku masuk kedalam puskesmas untuk diobati. Setelah beberapa menit akupun bangun, setelah aku bangun tiba-tiba aku diperiksa dan diberi pertanyaan oleh beliau. Setelah diperiksa selesai aku dan ibuku langsung bergegas untuk pulang. Semenjak kejadian itu aku langsung menjaga diriku agar tidak melihat darah.
Setelah aku lulus dari SMP akupun melanjutkan sekolahku di SMA Negeri Ajibarang. Disekolah ini tersedia berbagai macam ekstrakulikuler. Aku memilih ekstra PMR karena menurutku jika aku mengikuti ekstra tersebut aku pasti bisa mernghilangkan phobiaku sedikit demi sedikit. Setelah aku mengikuti ekstra tersebut beberapa minggu, di ekstra tersebut mengadakan RIMARU yang diikuti oleh semua anak-anak yang mengikuti ekstra tersebut. Ekstra tersebut di lakukan seperti acara penerimaan siswa baru yang isinya permainan dan penggemblengan. Pada waktu itu tepatnya sehari setelah menginap kami semua dikumpulkan jadi satu baik laki-laki maupun perempuan kita semua dikumpulkan di kantin sekolah, kami semua diberi makanan kecil yaitu agar-agar.
Kamipun ditanya oleh Bapak Irsyam dan kakak-kakak pendamping. Bapak Irsyam pun bertanya siapa yang takut dengan darah, akupun mengacungkan jariku, lalu Bapak Irsyam bertanya kalau lihat darah rasanya gimana, akupun menjawab rasanya lemas dan ingin pingsan pak. Setelah kami semua berbincang-bincang kamipun dipanggil satu persatu untuk mengikuti tradisi penerimaan anggota PMR.
Satu persatu teman-teman yang lai di panggil dari mulai perempuan sampai dengan yang laki-laki.sebelum tradisi tersebut dimulai aku dan teman-teman itu diberi sebuah peraturan atau instruktur yaitu dilarang melawan apapun yang diperintahkan dan menuruti semua kakak-kakak yang bersangkutan. Sewaktu temanku Riska dipanggil aku merasa gugup karena kakak-kakak pendamping menakuti kami dengan perkataan bahwa nanti akan banyak darah yang berceceran dan akan banyak jarum suntik. Setelah Riska berjalan dari kantin dengan ditemani kakak pendamping selanjutnya setelah sampai di depankelas Riska pu disuruh berjalan sendiri. Tak lama kemudian setelah Riska pergi tiba-tiba ada teriakan-teriakan histeris yang tidak karuan ada yang memanggil nama ibu ada pula yang berteriak sambil meminta tolong.
Mendengar teriakan tersebut akupun makin takut saja, karena apa yang dikatakan oleh kakak-kakak pendamping itu benar.
Tidak lama kemudian namaku dipanggil dengan kagetnya akupun teriak, karerna mungkin aku takut jika melihat darah. Mungkin karerna Pak Irsyam kasihan melihat raut mukaku yang ketakutan akhirnya beliau yang menemaniku sampai kedepan kelas. Dimana didepan kelas tersebut sudah terdapat banyak bunga kamboja dan berbau yang tidk sedap seperti bau orang meninggal. Disetiap perjalanan aku diberi nasehat oleh Pak Irsyam supaya tidak melawan kepada siapapun. Setelah aku berjalan sampai di depan pintu gerbang yang letaknya dibelakang koperasi siswa, akupun diperintahkan untuk memejamkan kedua mataku. Setelah aku memejamkan kedua mataku akupun langsung masuk kedalam pintu gerbang tersebut yang lataknya di kamar mandi.
Disitu aku disuruh berjalan merangkak dengan mata yang tertutup, aku semakin takut karena disitulah aku dikerjain oleh kakak senior yang ternyata bukan darah yang diusapkan ke mukaku yang ternyata adalah tepung terigu serta lipstick yang banyak, serta stempel yang dicapkan ke dahi yang diibaratkan seperti tertusuk jarum suntik. Setelah selesai berjalan merangkak tiba-tiba aku disuruh berdiri dan diberi sebuah spidol untuk bertanda-tanda serta di foto kayak penjahat.
Setelah semua anak selesai tiba-tiba kami semua disuruh berkumpul dilapangan dalam sekolah. Kami dipandu oleh Mas Putut, Mas Putut dengan Pak Irsyam membuat kesepakatan dengan kami untuk kembali mengerjai kakak senior yang telah mengerjai kami. Akhirnya kami semua sepakat dengan apa yang dikatakan Mas Putut dan Pak Irsyam. Kami semua pun menggunakan tepung terigu yang sudah disiapkan oleh Mas Putut dengan ketentuan kami semua harus mengenai muka para kakak senior pada saat mereka semua sedang dimarahi oleh Pak Irsyam. Setelah semua kakak senior dikumpulkan dan dimarahi oleh Pak Irsyam aku dan teman-teman yang lain pun mengoleskan tepung terigu tersebut ke muka para kakak senior. Setelah selesai bercanda aku dan teman-teman diberi pengarahan oleh Pak Irsyam, lalu kami semua berjabat tangan antara satu sam lain sembari menyanyikan lagu Mars PMI. Setelah berjabat tangan aku dan teman-temanku langsung membersihkan muka dan membersdihkan semua peralatan yang telah digunakan untuk bersiap-siap untuk pulang kerumah masing-masing.
Setelah mengikuti RIMARU disekolah. Disekolahku khususnnya ekstrakulikuler PMR mengadakan cek golongan darah yang dilaksanakan kalau nggak salah satu minggu setelah kegiatan RIMARU dilaksanakan. Dengan rasa terpaksa dan penasaran akupun mengikuti tes golongan darah tersebut yang dilaksanakan di kelasku yaitu kelas X A. Setelah menunggu dari pagi ternyata petugas cek golongan darah tersenut tidak datang juga, ternyata setelah Pak Irsyam menelepon petugas tersebut ternyata petugas tersebut tidak mengetahui bahwa di SMA kami juga diadakan cek golongan darah, akhirnya petugas cek golonngan darah tersebut meminta maaf dan petugas tersebut berbicara bahwa dia kan datang terlambat ke sekolah, dan Pak Irsyam pun memaklumi tersebut. Dan Pak Irsyam juga meminta maaf kepada kami semua yang telah mendaftar cek golongan darah tersebut karena tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Setelah menunggu  cukup lama setelah pukul 10.00 WIB akhirbya petugas cek golongan darah tersenut datang juga. Satu persatu kami dipanggil untuk melakukan cek golongan darah tersebut. Setelah beberapa anak dipanggil tiba-tiba namaku dipanggil, aku pun terkejut karena baru pertama kalinya aku akan di cek golongan darah. Sanking takutnya kedepan, akupun meminta salah satu temanku untuk menuntunku ke depan. Sesampainya di depan aku menjulurkan jariku ke petugas tersebut, aku pun di ajak berbincang-bincang oleh petugas tersebut. Tiba-tiba aku merasakan dingin di jariku.
Yang terjadi adalah jariku diberi sedikit alcohol supaya tidak merasakan sakit pada waktu disuntik. Ditengah-tengah perbincangan tersebut aku merasakan seperti di gigit semut yang terjadi adalah ternyata jarum suntik sudah tertanam di jariku, akupun teriak tetapi bukan karena sakit tetapi karena terkejut. Teman-teman yang lain pun bertanya kenapa aku teriak membuat yang lain tambah takut. Yang merasa sakit bukan saat jarum suntik tersebut tertanam dijariku yang membuat sakit itu pada saat darah yang ada dijariku itu disedot atau diambil dengan selang yang berukuran kecil rasanya sangat atau lumayan sakit dan perih.
Setelah diambil lalu darahku tersebut diteteskan ke dalam tempat yang sudah diberi cairan-cairan khusus. Setelah di cek ternyata hasilnya langsung keluar aku kira dua hari atau tiga hari setelah diambil dan diberitahu ternyata darahku bergolongan A+. dari kejadian tersebut aku sudah mulai berani untuk melihat darah dan memegang jarum suntik walaupun sedikit-sedikit. Walaupun sehabis itu aku masih merasakan pusing yang tidak karuan tetapi aku merasa senang karena aku tidak sampai pingsan. Walaupun aku melihat darah masih pusing yang tidak karuan sampai-sampai jalan keluar kelas pun aku harus di papah oleh temanku yang penting dan membuatku senang seperti orang mendapatkan apa yang tidak diduga aku nggak pingsan.
            Setelah aku melakukan cek golongan darah badanku merasakan lemas yang lumayan membuatku mearasakan lapar.Tetapi karana tidak ada teman akhirnya akupun tidak memutuskan untuk pergi ke kantin. Aku pun memutuskan untuk pergi ke lapangan depan bersama teman-teman yang lainnya. Di pertengahan perjalananku menuju ke lapangan depa, didepan UKS tepatnya di depan uks laki-laki aku melihat ada kakak kelas XII yang sedang mendonorkan darahnya.
            Aku melihat dia ayang sedang mendonorkan darahnya, akupun melihat dari pertama jarum yang akan di tancapkan ke tangan dia,begitu aku melihatnya tersentak aku teriak dengan kerasnya karna bergitu aku kagetnya. Di dalam hati kecilku berkata “ Dia anak laki-laki saja bisa merasakan sakit dan sedikit kesakitan seperti itu apa lagi aku yah..?”. aku pun semakin takut melihatnya karna sudah tidak tahan akhirnya aku pun langsung bergegas keluar dari kerumunan orang tersebut sebelum aku jatuh pingsan karna aku melihatnya.
            Setelah keluar dari kerumunan orang tersebut aku duduk di depan lapangan dalam untuk menenangkan diri sebentar karna kepala aku yang sedikit merasakan pusing yang lumayan membuat badanku sedikit lemas.setalah cukup dengan aku beristirahat aku dan temanku pun melanjutkan perjalananku ke depan lapangan luar. Stelah sampai di lapangan luar akupun berkumpul dengan teman-temanku yang lain untuk menyuporteri teman laki-lakiku yang sedang berlomba dalam acara bosnia.
            Setelah sampai di lapangan luar aku pun berbincang-bincang dengan teman yang lain. Setelah aku lama di situ , tiba-tiba ada salah satu temanku ada yang mengejek kepadaku mereka pun berbicara “ Hey…. iga kenapa kamu kok takut sama darah, padahalkan kamu seorang perempuan kok takut sama darah.” Ujar salah satu teman laki-lakiku.
Aku pun menjawab “ Hemmmm… mana aku tau, sejak kecil aku sudah takut melihat darah. Jadi kalian jangan mengejek aku,”.
Teman yang lain menjawab “ oke lah, woles donk namanya saja aku bercanda jangan di ambil hati donk.” (sambil melemparkan muka yang sedikit mengejek diriku)
Aku pun menjawab “ Hemmm… yah oke lah,” (dengan muka yang sedikit cemberut)
            Aku pun dan teman-teman yang lain pun kembali bersorak-sorak untuk menyemangati teman-teman yang sedang berlomba. Temanku yang bernama Ade Purwati mengajak diriku untuk pergi ke warung depan untuk membelikan air minum untuk teman-teman yang sedang berlomba.
            Setiba aku di depan pint gerbang sekolah akupun melihat orang yang berada di depanku yang sedang membawa sepeda motor degan kencangnya, tiba-tiba dia tergelincir dan langsung jatuh tepat di depan diriku, dan yang membuat aku lebih terkejut adalah pada saat orang tersebut jatuh tiba-tiba dia berdiri tepat dilututnya keluar darah yang lumayan banyak. Sehingga membuat aku yang melihatnya merasakan sedikit pusing dengan badan yang sedikit lemas.Ade pun terkejut melihat raut mukaku yang berubah menjadi pucat karena melihat darah yang keluar dari lutut orang tersebut.
Ade pun berkata :” Iga kamu kenapa kok tiba-tiba kamu menjadi pucat seperti itu?”
Aku pun menjawab:” Engga de aku Cuma sedikit merasakan pusing karena aku melihat darah yang berada dilutut orang tersebut.”
Ade berkata: “ kenapa kamu yang harus pusing sedangakan orang yang kecelakaan saja tidak merasakan apa-apa.(menjawab sambil tersenyum , yang sedikit mengejek)
Aku menjawab: “ Kamu tau sendiri kan de aku itu takut sekali dengan darah atau bisa dibilang darah adalah pobia diriku, jadi kamu jangan mempersoalkan masalah ini.”(dengan raut muka yang sedikit cemberut)
Ade menjawab: oke lah aku meminta maaf kepadamu.”
            Setelah cukup lama berbincang akhirnya aku dengan Ade langsung melanjutkan perjalananku untuk membeli air minum yang sudah di tunggu oleh teman-teman yang lainnya.Mungkin karena aku takut atau masih kaget karena kejadian tersebut, sampai-sampai sewaktu aku mau menyebrangi jalan raya aku pun memegangi tangan Ade untuk menyeberangi jalan raya itu.Ade pun merasa tidak nyaman karena aku yang memegangi tangan Ade yang terlalu berlebihan pada saat menyeberangi jalan raja itu.
            Setelah mendapatkan atau membeli air minum tersebut aku dan Ade langsung kembali ke lapangan, untuk memberikan air minum yang telah di tunggu oleh teman-teman yang lain. Sewaktu aku sampai di lapanngan tiba-tiba aku dengan Ade dimarahi oleh teman-teman yang lain karena aku yang terlalu lama membeli air minum.
            Dengan rasa yang sedikit marah aku pun juga ikut memarahi mereka, karena gara-gara mereka menyuruh diriku membeli air minum jadinya aku melihat orang kecelakaan yang mengeluarkan lumayan banyak darah yang membuat kepalaku sedikit pusing dan badanku yang menjadi lemas.
            Dari semua pengalaman yang telah aku alami pada saat melihat darah aku merasakan ada senangnya aku dan ada tidaknya aku mempunyai pobia atau ketakutan di diriku dengan darah.Dan kekuranganku apabila aku melihat darah yang tiba-tiba jatuh pingsan.Mungkin kalau di pikir-pikir senangnya aku bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuaku dan orang-orang yang dekat dengan diriku. Walaupun itu sebenarnya sudah aku dapatkan baik dari keluargaku ataupun sahabat-sahabatku yang lain. Mungkin sedikit aneh yah melihat darah sampai-sampai aku pingsan, mungkin hal itu tidak wajar tetapi memang itulah yang terjadi.


No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Total Pageviews

Artikel Terpopuler