Thursday, 16 April 2015

Cerpen: Cerita Mira

Cerita Mira
Oleh: Candra Meiliana Rusadi

Suara alarm yang memekakan telinga membangunkan seorang gadis yang sedang tertidur dengan lelapnya. Diraihnya jam weker itu, jam sudah menunjukan pukul 04.00 WIB. Ia segera bangun lalu menuju meja belajarnya, biasanya ia membaca buku pelajaran yang akan dipelajari nanti di sekolah. Setelah itu ia akan menjalankan kewajibannya seorang umat muslim, shalat subuh. Barulahsetelah itu ia bersiap-siap ke sekolah. Begitulah rutinitas Mira setiap paginya.
Setiap hari Mira berangkat dengan sepeda motor. Maklum saja rumahnya cukup jauh dari sekolahnya, paling tidak membutuhkan waktu 45 menit. Sebenarnya ia ingin sekali ngekos, tapi ia merasa kasihan dan takut kedua orang tuanya akan kesepian nantinya di rumah. Ya itu karena Mira merupakan anak tunggal. Kini ia sudah kelas XII  yang tinggal beberapa bulan lagi akan mejalani Ujian Nasional. Di sekolah ia memiliki banyak teman, Tifa yang cerewet namun perhatian, Fani yang bijak tapi kekanak-kanakan, Ine yang pintar tapi galak dan masih banyak lagi yang lainya.
Sore itu Mira memutuskan untuk tidak langsung pulang dahulu, entah kenapa ia merasa malas sekali pulang ke rumah. Ia lebih memilih berkumpul dulu dengan temannya. Lagi pula sekarang sedang hujan, malas sekali rasanya kalo harus pakai mantel, lebih baik tunggu saja sampai hujannya reda pikirnya.
Entah kenapa sekarang Mira seperti itu, padahal sebelumnya dia selalu nomor 1 kalau urusan pulang,ketika bel pulang itu berbunyi dia langsung menuju parkiran. Tapi kini sudah berbeda, Mira biasanya pulang jam 4 sore dan bahkan lebih. Sampai- sampai teman-temannya bingung.

“ Tumben Ra belum pulang? Biasanya kan kamu antusias banget kalo urusan pulang. Bel bunyi langsung ngibrit gitu aja” Tanya Tifa teman sebangkunya itu.

“  Sekarang lagi hujan kan, aku males kalo harus make mantel,sumpek. Emangnya kamu nggak liattuh diluar? ” Timpal Mira dengan muka datarnya.
“ Yaelah, hujan kecil gitu juga, bisa kali kalo nggak pake mantel pulangnya. Orang cuma gerimis kecil doang” Ejek Tifa
“ Ya tetep aja itu namanya hujan kan, mau gede mau kecil kalo air dalam jumlah banyak turun dari awan tetep aja namanya hujan bukan kebakaran “ jawab Mira tak mau kalah.
“ Brisik  kalian berdua! Hal sepele kaya gitu aja didebatin, kurang kerjaan!. Sini mending kita belajar ngerjain tugas Matematika bareng bareng “ celetuk Ine mencoba melerai.
Mira dan Tifa hanya bisa manyun, mereka berdua akhirnya mengambil buku matematika dan segera menghampiri Ine yang sedang sibuk mengerjakan tugas Matematika bersama teman-teman lainnya.Mereka mengerjakan tugas itu dengan semangat, ketika ada yang tidak bisa maka teman yang lain akan membantu. Begitulah persahabatan mereka saling mengisi setiap ada kekosongan.
“ Fi nyalain lagu apa gitu biar adem suasananya” pinta Keke yang anti dengan kegersangan itu.
“ mau lagu apa ke? ” tanya Fina.
“ Ah terserah kamu aja lah Fi, yang penting biar adem nggak gersang” timpal Keke
Akhirnya Fina mulai menyalakan koleksi lagu-lagu mellownya yang membuat suasana menjadi lebih sejuk. Ya namanya juga mengerjakan tugas Matematika pasti membuat kepala kita panas dan nyut-nyutan. Setidaknya dengan mendengarkan lagu-lagu mellow ini membuat pikiran mereka lebih fresh.Sampai akhirnya pada beberapa saat Mira terdiam membisu. Alunan lagu-lagu itu membuat dirinya teringat akan kisahnya dulu pada saat masih mengenakan seragam putih biru. Kisah yang tak akan ia lupakan selama masa hidupnya.
            Lima tahun yang lalu, ia pernah menyukai seorang lelaki yang mungkin merupakan cinta pertamanya. Lelaki itu bernama Bisma Karisma, sosok lelaki yang ramah dan humoris. Ia  merupakan teman sekelasnya. Berawal dari pinjam-pinjaman tipe-x membuat mereka menjadi akrab. Dari situlah keduanya mulai tumbuh benih-benih cinta, cinta monyet mungkin. Mereka menjadi sering bersama baik itu belajar bersama ataupun sekedar hanya untuk berkelakar.
            Satu tahun berlalu, kini mereka sudah naik menjadi kelas 8. Beruntungpada saat itu system kelas di sekolah mereka tidak mengadakan pegacakan kelas. Dengan begitu Mira dan Bisma akan satu kelas terus hingga mereka kelas 9 nanti. Hal ini tentu membuat hati Mira senang bukan kepalang, ia akan terus bersama Bisma hingga dua tahun kedepan pikirnya.
                Namun kebersamaan itu kini hanya tinggal kenangan. Bisma sekarang telah berubah, ia sekarang bersikap dingin kepada Mira. Jangankan mengajak ngobrol, berbicara juga hanya seperlunya saja itupun kalau benar-benar penting . Mira sendiri bingung dengan perubahan sifat Bisma yang drastis itu, apakah dirinya melakukan kesalahan atau Bisma sedang ada masalah? Sungguh membingungkan.
            Pernah pada saat itu Mira mengajak Bisma mengerjakan tugas matematika yang baru saja diberikan Pak Bayu. Ia ingin memperbaiki hubungan mereka agar seperti dulu lagi.
“ Bis, nanti sepulang sekolah kita belajar bareng yuk? Ngerjain tugas yang baru kasih Pak Bayu tadi, katanya harus dikumpulin besok loh terus dinilai” Ajak Mira dengan wajah penuh harap. Baru kali ini ia yang mengajak Bisma belajar bersama, biasanya Bismalah yang mengajaknya. Namun tak apa, Mira hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Bisma. Rasanya aneh  ketika berjauhan dengan Bisma.
“ Maaf Ra,aku nggak bisa. Aku ada urusan lain, coba ajak teman yang lain aja” Tolak Bisma sembari meninggalkan Mira.
Mira tercengang,sepertinya Bisma benar-benar tidak ingin dekat lagi dengannya. Hatinyasekarangseperti vas yang dijatuhkan dengan sengaja, pecah berkeping-keping. Tak terasa butiran air jatuh dari matanya yang sipit itu.
Semenjak kejadian itu Mira tidak mencoba untuk mendekati Bisma lagi. Ia tahu kehadirannyasekarang sudah tidak diharapkan. Sakit memang rasanya, tapi ia harus menghadapi kenyataan yangada. Ia mulai mencoba menghilangkan perasaan serta kenangannya bersama Bisma sedikit demisedikit. Namun hasilnya tetap saja nihil, setiap hari ia bertemu dengan Bisma di kelas. Setiapmelihat wajahnya, putaran film kenangan indah mereka akan muncul dengan sendirinya. Haruskah ia pindah sekolah?
Hingga akhirnya di kelas 9 Bisma berpacaran dengan Putri yang juga merupakan teman sekelas Mira. Ketika mendengar berita itu hati Mira seperti dicabik-cabik, sakit sekali. Ingin rasanya ia menangis, tapi ia  tahan ia tak mau teman-teman sekelasnya tahu perasaannya ke Bisma. Ia mencoba tersenyum dan memberikan ucapan selamat ke Bisma dan Putri.
Tapi menurut mata hati Mira, Putri hanya ingin memanfaatkan Bisma saja. Ketika keduanya sedang bersama, terlihat tatapan Putri yang biasa saja bahkan sering mencueki Bisma. Selain itu juga Putri sering meminta dibelikan pulsa atau benda benda lainnya oleh Bisma. Putri juga sering meminta dijemput ketika ia pergi ke suatu tempat.
Sungguh bodoh kamu Bisma kenapa kamu memilih dia. Dia hanya memanfaatkan kamu saja. Apakah kamu tidak merasakannya? Dia ada ketika dia memerlukanmu saja. Kenapa kamu tak memilih aku saja? Aku yang jelas-jelas menyayangimu kamu tinggalkan begitu saja. Ya memang dia lebih cantik dan lebih segalanya dariku, aku tahu itu. Tapi setidaknya aku akan menyayangimu dengan sepenuh hatiku tidak seperti dia. Unek unek itu sekarang berkecamuk di dalam hati Mira, ingin rasanya ia mengatakan itu ke Bisma langsung.
Benar saja baru seminggu pacaran, Bisma diputuskan oleh Putri dengan alasan yang tak masuk akal. Putri  beranggapan bahwa mereka lebih cocok menjadi teman saja. Hal ini tentu membuat hati Bisma sakit karena telah dipermainkan cintanya. Ditambah lagi, 3 hari setelah putus Putri langsung berpacaran lagi dengan kakak kelasnya dulu yang telah lulus smp tahun lalu. Bisma semakin terpukul, ia teringat akan perjuangan yang telah ia lakukan terhadap Putri. . Namun Perjuangannya itu  tak ternilai dimata Putri. Menyedihkan.
Dengan peristiwa itu Bisma mulai mencoba mendekati Mira lagi. Mungkin ia telah sadar bahwa keputusannya dulu itu salah. Mira tentu saja menerimanya kembali dengan senang hati, ia tak mau kehilangan kesempatan emas itu. Mereka akhirnya dekat dan akrab kembali, ya walaupun tanpa ada lebel hubungan lebih dari teman atau sahabat. Bisma mengerti bahwa Mira dilarang oleh orang tuanya untuk berpacaran. Mira merasa bahagia akhirnya Bisma mengerti kondisinya itu. Mereka mulai belajar bersama lagi, apalagi UN sudah semakin dekat sekitar 2 bulan lagi. Keduanya saling memotivasi untuk tetap semangat belajar dan menjaga kondisi kesehatan masing-masing.
Hari ini adalah pengumuman kelulusan bagi anak SMP. Mira tampak tegang, bibirnya terus berdoa kepada Allah SWT. Ia berdoa semoga ia beserta seluruh temannya lulus 100%. Dan Alhamdullilah doanya itu dikabulkan oleh Allah SWT, ia menangis bersama teman-teman lainnya dan tentu saja Bisma. Namun ada kenyataan pahit yang harus ia terima saat itu, Bisma mengatakan bahwa dirinya akan melanjutkan sekolah di Jakarta karena orang tuannya akan pindah kesana. Mira hanya tersenyum walaupun hatinya sebenarnya menangis, ia berpesan kepada Bisma untuk tidak melupakan dirinya dan tetap mengabarinya.
“ Ra, Mira? ” kata Tifa sambil menggocang-goncangkan tubuh Mira.
“ Eh iya kenapa Fa?” kata Mira yang baru sadar dari lamunannya itu.
“ Kamu kenapa sih Ra? Ada masalah? Kamu belakangan ini aneh.” Ujar Tifa
“Cerita aja sama kita, siapa tahu kita bisa bantu” kata Fina.
Akhirnya Mira menceritakan semuanya dari A-Z ke teman-temannya itu. Tifa dan lainnya memberikan nasihat-nasihat kepadanya.
“ Sekarang kalian masih kontak-kontakan nggak?” tanya Ine dengan antusias.
“ Udah nggak Ne, aku sama dia sekarang cuma temenan aja di facebook. Sekarang dia kayanya udah punya pacar, dia sering upload foto gitu  sama cewe yang sama.” ucap Mira dengan lesu.
“ Udahlah Ra kalo emang jodoh nggak bakal kemana kok. Sekarang mending kamu belajar yang rajin bentar lagi kita kan UN. Iya nggak temen-temen?” kata Ine.
“ Iya Ra bener kata Ine, mending kita belajar aja. Habis UN baru deh kamu terserah mau mikirin apa aja. Kamu nggak mau kan ngecewain orang tua kamu? kata Fina dengan bijaknya.
“ Lagian dia belum tentu juga mikirin kamu Ra, dia aja udah pacar.” kata Keke yang sedari tadi hanya diam asik dengan handphonenya.
“ Iya temen-temen makasih ya atas nasehat kalian semua. Makasih juga udah dengerin curhatanku” kata Mira dengan senyuman tipis di bibirnya.
Semenjak itu Mira sadar, masa depannya lebih penting dibandingkan dengan cinta. Ia yakin jika ia dan Bisma benar-benar jodoh pasti mereka akan ditemukan dan persatukan lagi oleh Allah SWT. Kini ia  akan memikirkan sekolah saja seperti yang orang tuanya inginkan. Walaupun begitu ia tetap akan mengingat dan mengenang Bisma sebagai cinta pertamanya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
SELESAI




No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Total Pageviews

Artikel Terpopuler