Cerita
Mira
Oleh:
Candra Meiliana Rusadi
Suara alarm yang memekakan telinga membangunkan seorang
gadis yang sedang tertidur dengan lelapnya. Diraihnya jam weker itu, jam sudah
menunjukan pukul 04.00 WIB. Ia segera bangun lalu menuju meja belajarnya,
biasanya ia membaca buku pelajaran yang akan dipelajari nanti di sekolah.
Setelah itu ia akan menjalankan kewajibannya seorang umat muslim, shalat subuh.
Barulahsetelah itu ia bersiap-siap ke sekolah. Begitulah rutinitas Mira setiap
paginya.
Setiap hari Mira berangkat dengan sepeda motor.
Maklum saja rumahnya cukup jauh dari sekolahnya, paling tidak membutuhkan waktu
45 menit. Sebenarnya ia ingin sekali ngekos, tapi ia merasa kasihan dan takut
kedua orang tuanya akan kesepian nantinya di rumah. Ya itu karena Mira
merupakan anak tunggal. Kini ia sudah kelas XII
yang tinggal beberapa bulan lagi akan mejalani Ujian Nasional. Di
sekolah ia memiliki banyak teman, Tifa yang cerewet namun perhatian, Fani yang
bijak tapi kekanak-kanakan, Ine yang pintar tapi galak dan masih banyak lagi
yang lainya.
Sore itu Mira
memutuskan untuk tidak langsung pulang dahulu, entah kenapa ia merasa malas
sekali pulang ke rumah. Ia lebih memilih berkumpul dulu dengan temannya. Lagi
pula sekarang sedang hujan, malas sekali rasanya kalo harus pakai mantel, lebih
baik tunggu saja sampai hujannya reda pikirnya.
Entah kenapa sekarang Mira seperti itu, padahal
sebelumnya dia selalu nomor 1 kalau urusan pulang,ketika bel pulang itu
berbunyi dia langsung menuju parkiran. Tapi kini sudah berbeda, Mira biasanya
pulang jam 4 sore dan bahkan lebih. Sampai- sampai teman-temannya bingung.
“ Tumben Ra belum pulang? Biasanya kan kamu
antusias banget kalo urusan pulang. Bel bunyi langsung ngibrit gitu aja” Tanya
Tifa teman sebangkunya itu.
“ Sekarang
lagi hujan kan, aku males kalo harus make mantel,sumpek. Emangnya kamu nggak
liattuh diluar? ” Timpal Mira dengan muka datarnya.
“ Yaelah, hujan kecil gitu juga, bisa kali kalo
nggak pake mantel pulangnya. Orang cuma gerimis kecil doang” Ejek Tifa
“ Ya tetep aja itu namanya hujan kan, mau gede mau
kecil kalo air dalam jumlah banyak turun dari awan tetep aja namanya hujan
bukan kebakaran “ jawab Mira tak mau kalah.
“ Brisik
kalian berdua! Hal sepele kaya gitu aja didebatin, kurang kerjaan!. Sini
mending kita belajar ngerjain tugas Matematika bareng bareng “ celetuk Ine
mencoba melerai.
Mira dan Tifa hanya bisa manyun, mereka berdua
akhirnya mengambil buku matematika dan segera menghampiri Ine yang sedang sibuk
mengerjakan tugas Matematika bersama teman-teman lainnya.Mereka mengerjakan
tugas itu dengan semangat, ketika ada yang tidak bisa maka teman yang lain akan
membantu. Begitulah persahabatan mereka saling mengisi setiap ada kekosongan.
“ Fi nyalain lagu apa gitu biar adem suasananya” pinta
Keke yang anti dengan kegersangan itu.
“ mau lagu apa ke? ” tanya Fina.
“ Ah terserah kamu aja lah Fi, yang penting biar
adem nggak gersang” timpal Keke
Akhirnya Fina mulai menyalakan koleksi lagu-lagu
mellownya yang membuat suasana menjadi lebih sejuk. Ya namanya juga mengerjakan
tugas Matematika pasti membuat kepala kita panas dan nyut-nyutan. Setidaknya dengan mendengarkan lagu-lagu mellow ini
membuat pikiran mereka lebih fresh.Sampai akhirnya pada beberapa saat Mira
terdiam membisu. Alunan lagu-lagu itu membuat dirinya teringat akan kisahnya
dulu pada saat masih mengenakan seragam putih biru. Kisah yang tak akan ia
lupakan selama masa hidupnya.
Lima tahun yang lalu, ia pernah
menyukai seorang lelaki yang mungkin merupakan cinta pertamanya. Lelaki itu
bernama Bisma Karisma, sosok lelaki yang ramah dan humoris. Ia merupakan teman sekelasnya. Berawal dari
pinjam-pinjaman tipe-x membuat mereka menjadi akrab. Dari situlah keduanya
mulai tumbuh benih-benih cinta, cinta monyet mungkin. Mereka menjadi sering
bersama baik itu belajar bersama ataupun sekedar hanya untuk berkelakar.
Satu tahun berlalu, kini mereka
sudah naik menjadi kelas 8. Beruntungpada saat itu system kelas di sekolah
mereka tidak mengadakan pegacakan kelas. Dengan begitu Mira dan Bisma akan satu
kelas terus hingga mereka kelas 9 nanti. Hal ini tentu membuat hati Mira senang
bukan kepalang, ia akan terus bersama Bisma hingga dua tahun kedepan pikirnya.
Namun
kebersamaan itu kini hanya tinggal kenangan. Bisma sekarang telah berubah, ia
sekarang bersikap dingin kepada Mira. Jangankan mengajak ngobrol, berbicara
juga hanya seperlunya saja itupun kalau benar-benar penting . Mira sendiri
bingung dengan perubahan sifat Bisma yang drastis itu, apakah dirinya melakukan
kesalahan atau Bisma sedang ada masalah? Sungguh membingungkan.
Pernah pada saat itu Mira mengajak
Bisma mengerjakan tugas matematika yang baru saja diberikan Pak Bayu. Ia ingin
memperbaiki hubungan mereka agar seperti dulu lagi.
“ Bis, nanti sepulang sekolah kita belajar bareng
yuk? Ngerjain tugas yang baru kasih Pak Bayu tadi, katanya harus dikumpulin
besok loh terus dinilai” Ajak Mira dengan wajah penuh harap. Baru kali ini ia
yang mengajak Bisma belajar bersama, biasanya Bismalah yang mengajaknya. Namun
tak apa, Mira hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Bisma. Rasanya
aneh ketika berjauhan dengan Bisma.
“ Maaf Ra,aku nggak bisa. Aku ada urusan lain, coba
ajak teman yang lain aja” Tolak Bisma sembari meninggalkan Mira.
Mira tercengang,sepertinya Bisma benar-benar tidak
ingin dekat lagi dengannya. Hatinyasekarangseperti vas yang dijatuhkan dengan
sengaja, pecah berkeping-keping. Tak terasa butiran air jatuh dari matanya yang
sipit itu.
Semenjak kejadian itu Mira tidak mencoba untuk
mendekati Bisma lagi. Ia tahu kehadirannyasekarang sudah tidak diharapkan.
Sakit memang rasanya, tapi ia harus menghadapi kenyataan yangada. Ia mulai
mencoba menghilangkan perasaan serta kenangannya bersama Bisma sedikit demisedikit.
Namun hasilnya tetap saja nihil, setiap hari ia bertemu dengan Bisma di kelas.
Setiapmelihat wajahnya, putaran film kenangan indah mereka akan muncul dengan
sendirinya. Haruskah ia pindah sekolah?
Hingga akhirnya di kelas 9 Bisma berpacaran dengan
Putri yang juga merupakan teman sekelas Mira. Ketika mendengar berita itu hati
Mira seperti dicabik-cabik, sakit sekali. Ingin rasanya ia menangis, tapi
ia tahan ia tak mau teman-teman
sekelasnya tahu perasaannya ke Bisma. Ia mencoba tersenyum dan memberikan
ucapan selamat ke Bisma dan Putri.
Tapi menurut mata hati Mira, Putri hanya ingin
memanfaatkan Bisma saja. Ketika keduanya sedang bersama, terlihat tatapan Putri
yang biasa saja bahkan sering mencueki Bisma. Selain itu juga Putri sering
meminta dibelikan pulsa atau benda benda lainnya oleh Bisma. Putri juga sering
meminta dijemput ketika ia pergi ke suatu tempat.
Sungguh bodoh kamu Bisma kenapa kamu memilih dia.
Dia hanya memanfaatkan kamu saja. Apakah kamu tidak merasakannya?
Dia ada ketika dia memerlukanmu saja. Kenapa kamu tak memilih aku saja? Aku
yang jelas-jelas menyayangimu kamu tinggalkan begitu saja. Ya memang dia lebih
cantik dan lebih segalanya dariku, aku tahu itu. Tapi setidaknya aku akan
menyayangimu dengan sepenuh hatiku tidak seperti dia. Unek unek itu sekarang
berkecamuk di dalam hati Mira, ingin rasanya ia mengatakan itu ke Bisma
langsung.
Benar saja baru seminggu pacaran, Bisma diputuskan
oleh Putri dengan alasan yang tak masuk akal. Putri beranggapan bahwa mereka lebih cocok menjadi
teman saja. Hal ini tentu membuat hati Bisma sakit karena telah dipermainkan
cintanya. Ditambah lagi, 3 hari setelah putus Putri langsung berpacaran lagi
dengan kakak kelasnya dulu yang telah lulus smp tahun lalu. Bisma semakin
terpukul, ia teringat akan perjuangan yang telah ia lakukan terhadap Putri. .
Namun Perjuangannya itu tak ternilai
dimata Putri. Menyedihkan.
Dengan peristiwa itu Bisma mulai mencoba mendekati
Mira lagi. Mungkin ia telah sadar bahwa keputusannya dulu itu salah. Mira tentu
saja menerimanya kembali dengan senang hati, ia tak mau kehilangan kesempatan
emas itu. Mereka akhirnya dekat dan akrab kembali, ya walaupun tanpa ada lebel
hubungan lebih dari teman atau sahabat. Bisma mengerti bahwa Mira dilarang oleh
orang tuanya untuk berpacaran. Mira merasa bahagia akhirnya Bisma mengerti
kondisinya itu. Mereka mulai belajar bersama lagi, apalagi UN sudah semakin
dekat sekitar 2 bulan lagi. Keduanya saling memotivasi untuk tetap semangat
belajar dan menjaga kondisi kesehatan masing-masing.
Hari ini adalah pengumuman kelulusan bagi anak SMP.
Mira tampak tegang, bibirnya terus berdoa kepada Allah SWT. Ia berdoa semoga ia
beserta seluruh temannya lulus 100%. Dan Alhamdullilah doanya itu dikabulkan
oleh Allah SWT, ia menangis bersama teman-teman lainnya dan tentu saja Bisma.
Namun ada kenyataan pahit yang harus ia terima saat itu, Bisma mengatakan bahwa
dirinya akan melanjutkan sekolah di Jakarta karena orang tuannya akan pindah
kesana. Mira hanya tersenyum walaupun hatinya sebenarnya menangis, ia berpesan
kepada Bisma untuk tidak melupakan dirinya dan tetap mengabarinya.
“ Ra, Mira? ” kata Tifa sambil menggocang-goncangkan
tubuh Mira.
“ Eh iya kenapa Fa?” kata Mira yang baru sadar dari
lamunannya itu.
“ Kamu kenapa sih Ra? Ada masalah? Kamu belakangan
ini aneh.” Ujar Tifa
“Cerita aja sama kita, siapa tahu kita bisa bantu”
kata Fina.
Akhirnya Mira menceritakan semuanya dari A-Z ke
teman-temannya itu. Tifa dan lainnya memberikan nasihat-nasihat kepadanya.
“ Sekarang kalian masih kontak-kontakan nggak?”
tanya Ine dengan antusias.
“ Udah nggak Ne, aku sama dia sekarang cuma temenan
aja di facebook. Sekarang dia kayanya udah punya pacar, dia sering upload foto
gitu sama cewe yang sama.” ucap Mira
dengan lesu.
“ Udahlah Ra kalo emang jodoh nggak bakal kemana
kok. Sekarang mending kamu belajar yang rajin bentar lagi kita kan UN. Iya
nggak temen-temen?” kata Ine.
“ Iya Ra bener kata Ine, mending kita belajar aja.
Habis UN baru deh kamu terserah mau mikirin apa aja. Kamu nggak mau kan
ngecewain orang tua kamu? kata Fina dengan bijaknya.
“ Lagian dia belum tentu juga mikirin kamu Ra, dia
aja udah pacar.” kata Keke yang sedari tadi hanya diam asik dengan
handphonenya.
“ Iya temen-temen makasih ya atas nasehat kalian
semua. Makasih juga udah dengerin curhatanku” kata Mira dengan senyuman tipis
di bibirnya.
Semenjak itu Mira sadar, masa depannya lebih penting
dibandingkan dengan cinta. Ia yakin jika ia dan Bisma benar-benar jodoh pasti
mereka akan ditemukan dan persatukan lagi oleh Allah SWT. Kini ia akan memikirkan sekolah saja seperti yang
orang tuanya inginkan. Walaupun begitu ia tetap akan mengingat dan mengenang
Bisma sebagai cinta pertamanya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
SELESAI
No comments:
Post a Comment