Wednesday, 14 June 2017

CERPEN : Hidupku Ceritaku

Anita, begitulah biasanya teman-teman memanggilku. Aku lahir di keluarga yang sederhana di tengah desa kecil yang jauh dari ramainya kota. Aku hidup bersama dua orang saudaraku dan kedua orang tuaku.Kakakku Sinta ia adalah seorang mahasiswa dan adikku Riko ia masih kelas 7 SMP. Walaupun kami lahir dari keluarga yang tak berkecukupan tapi kami masih beruntung karena kami masih bisa mendapat pendidikan yang layak,
walau untuk mendapat pendidikan itu orang tuaku yang hanya seorang petani harus bekerja keras membanting tulang demi memenuhi kebutuhan kami.Tapi keadaan keluargaku yang tak berkecukupan tak menyurutkan asaku untuk meraih semua prestasi dan mimpi-mimpiku.Walaupun aku tahu mungkin sulit bagiku untuk mewujudakan semua mimpi-mimpi besarku.Bahkan untuk memimpikannyapun aku takut, aku takut tak bisa mewujudkannya dan hanya rasa sakit dan kecewalah yang aku dapatkan.Tapi saat aku melihat keadaan di sekitarku aku justru semskin berani untuk bermimpi.Karena aku percaya impianku adalah kunci dari masa depanku.
Pagi ini seperti biasa aku bangun pagi-pagi berpacu dengan kokok ayam untuk menjalani hari yang mungkin akan melelahkan. Suara-suara para Muadzin mulai terdengar mengumandangkan syair-syair Tuhan, sekaligus member kabar bahwa pagi telah menjelang.Segera ku ambil air wudhu untuk bersujud dan duduk bersimpuh dihadapan-Nya. Ku tengadahkan tangan ini berharap Allah akan mengabulkan pinta yang ku panjatkan, berharap agar setiap detik yang kulalui hari ini akan berjalan lancer dan selalu setiap langkahku akn diiringi dengan ridhonya. Waktu berjalan begitu cepat akupun segera bersiap untuk pergi ke sekolah.Waktu semakin memburu akupun berpamitan kepada kedua orang tuaku kucium tangan kedua orang tuaku, tangan-tangan yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang.
Sungguh menyebalkan walaupun sudah bangu pagi tapi tetap saja aku terlambat karena angkutan yang biasa mengantarku ke sekolah dating terlambat hari itu. Tapi mau apa lagi karena hanya angkutan itulah yang bisa mengantarku ke tempatku menimba ilmu. Tapi hari itu aku masih beruntung karena pagi itu Pak Jarot guru biologi kami belum masuk ke kelas.Dan seperti biasanya setiap ada pelajaran kosong bukannya belajar tapi teman-temanku justru sibuk bermain sendiri dan membuat keributan disana sini. Karena bagi mereka dimana tak ada guru disitu  gaduh tercipta. Mulai dari bergosip hingga bermain bola di dalam kelas mereka lakukan.Walau tak ikut bermain bola tapi aku ikut terkena operan nyasar yang mendarat tepat di kepalaku.
“aww….” Aku meringis kesakitan.Kejadian itu benar-benar membuat aku kesal tapi aku berusaha menahan kemarahanku.Sampai pada akhirnya kejadian itu berlangsung untuk yang kedua kalinya dan kali ini aku benar-benar tak bisa menahan kemarahanku.Segera kuambil bola itu dan kulempar keluar kelas.Namun sebelum kulempar bola itu Pak Jarot lebih dulu masuk ke kelas.
“Ada apa ini?Mengapa ada rebut-ribut.”Pak Jarot terlihat begitu marah.Kamipun hanya bisa diam dan tertunduk.Melihat bola yang ada ditanganku Pak Jarot terlihat begitu heran.Diambilnya bola itu dan raut wajah Pak Jarot yang serampun bertambah seram.
“Mengapa bisa ada bola di dalam kelas?Apa yang kalian lakukan?” Tak mau jadi kambing hitam dan ikut mendapat hukumn dari Pak Jarot aku dan teman-temanpun menceritakan apa yang dilakukan Aldi dan teman-temannya dengan bola itu. Mengetahui hal itu Pak Jarotpun menyita bola itu dan menghukum Aldi dan teman-temannya.
Setelah kejadian pagi itu kegiatan belajar kamipun berlanjut kembali.Aku tahu sebenarnya Aldi dan teman-temannya pasti agak kesal denganku Karen aku melaporkan mereka pada Pak Jarot tapi aku tak mau ambil pusing dengan hal itu. Sebentar lagi ujian nasional akan dilaksanakan Karen asekarang aku sudah kelas 9 jadi setiap hari Senin sampai Sabtu kami mendapat jam tambahan tapi setiap hari Jumat kami libur. Memang kegiatan di sekolah begitu melelahkan tapi aku mencoba untuk terus bersemangat.
Pulang kerumah itulah kegiatan yang selalu aku lakukan setiap pulang sekolah.Tidak seperti teman-teman lain yang mampir kesana sini dulu sekedar untuk mencari hiburan ditengah-tengah padatnya kegiatan kami.Sebenrnya aku juga ingin seperti mereka tapi aku tahu bukan itu yang diinginkan orang tuaku, dan bukan hal itu pula yang mereka harapkan dariku.
Hari sudah menjelang malam kegiatan-kegiatan wargapun sudah mulai berkurang.Akupun sudah mulai lelah dan ingin segera beristirahat.Tak terasa pagi sudah kembali datang ibu sudah terjaga dari tidurnya jauh sebelum aku terbangun.
“An, berusahalah dengan tekun agar kamu bisa jadi orang yang besar. Agar kamu busa nenjadi orang yang sukses.” Itulah kata-kata yang selalu ibuku ucapkan setiap pagi saat aku akan berangkat sekolah. Dan kata-kata itu pula yang menjadi motivasiku selama ini.
Sore itu aku dan ayah sedang duduk di teras rumah kami dan tiba-tiba mendapat telpon dari kakakku. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan tapi dilihat dari raut wajah ayah kelihatannya itu hal yang serius. Sore itu aku baru ingat bahwa besok ada buku yang harus aku bayar.
“Yah besok aku harus membayar uang buku.”Aku sebenarnya agak ragu mengatakan ini pada ayah Karen aku tahu ayah tidak hanya membiayaiku tapi juga kakak dan adikku.
“An, gimana yah, Ayah sebenarnya punya uang sedikit tapi itu juga mau ayah gunakan untuk membayar uang semester kakakmu dan itupun masih kurang banyak. Jadi ayah mohon untuk sementara kamu sanar dulu karena lusa kakakmu akan ujian semester dan bayarannya harus lunas.”Ternyata benar dugaanku kakak menelpon Karena butuh biaya.
Awalnya aku kurang bisa menerima keadaan ini karena aku merasa ayah dan ibu lebih mementingkan kakakku tapi lama kelamaan aku mulai sadar kalau inilah keadaannya dan aku harus sabar menerimanya walau sulit sekali bagiku.Aku tahu inilah keadaanku kenyataanku.Pagi itu aku berangkat sekolah dengan perasaan yang agak sedikit kecewa tapi aku harus bersyukur karena aku masih mempunyai uang tabungan yang aku dapat karena mendapat prestasi di semester lalu sehingga uang itu bisa aku gunakan terlebih dahulu untuk membayar uang buku.
Kegiatan seperti biasa di sekolah belajar lalu istirahat.Sebenarnya ada rasa bosan tersendiri menyerangku setelah aku menjalani aktivitas ini selama 9 tahun.Tapi karena adanya teman-teman yang begitu menyenangkan rasa bosa itupun sedikit terobati. Huuuh…. jam pelajaran terakhir energiku sepertinya sudah habis terkuras sejak tadi pagi tapi sayangsaat energiku sudah hampir habis aku masih harus menggunakannya untuk mengikuti ulangan IPS dan sudah pasti hafalan bertumpuk harus aku kuasai.
“Selamat siang anak-anak” bu Rapti mengawali kegiatan kami hari itu.“Seperti yang ibu katakan sebelumnya bahwa hari ini kita akan mengadakan ulangan.”
Teman-temanpun mulai bersiap tapi mereka bukan bersiap menyediakan kertas ulangan melainkan merek bersiap menyediakan kertas-kertas kecil sebagai senjata mereka dalam menghadapi ulangan.“Baik, sekarang kalian siapkan lembar jawabnya dan jangan lupa beriidentitas kalian.”Bu Rapti mulai member petunjuk pada kami.
Sepertinya hari itu memang bukan hari keberuntunganku Karena beberpa materi yang aku hafalkan tidak keluar justru materi-materi kecil yang aku anggap sepele menjadi boomerang bagi diriku sendiri.Tapi hal itu justru menjadi pelajaran bagiku tidak semua hal yang kita anggap penting itu utama tapi dari hal-hal sepele itulah kita bisa membuat sesuatu menjadi lebih besar.
Waktu sudah menunjukan pukul 16.00 saatnya aku dan teman-teman pulang ke rumah Karen arumahku cukup jauh aku harus menunggu angkutan yang lewat dan menunggu itu memeng hal yang paling membosankan.Akhirnya angkutan itu datang juga.Jalan pulang kerumahku itu memang luar biasa berbeda dari jalan-jalan lain jalan menuju desaku itu memang rusak begitu parah.Maklum saja kepedulian masyarakat desaku pada fasilitas umum akhir-akhir ini semakin berkurang.Mereka seakan tak lagi peduli pada lingkungannya.
Rumah, suatu tempat yang membuatku begitu nyaman tak peduli panas ataupun hujan bagiku rumah adalah tempat berteduh yang paling menyenangkan. Bukan karena ada AC ataupun hal lain tapi Karena adanya kehangatan kasi saying keluarga yang membuatku tenang. Tapi tak selamanya rumahku diisi dengan kedamaian tak jarang pertengkaran terjadi diantara keluarga kami.Tak jarang pula ayah dan ibuku terlibat adu pendapat yang terjadi karena himpitan ekonomi.Aku,kakak dan adikku pun sering ribut Karena hal-hal kecil dan ujungnya kami hanya mendapat “hadiah” kemarahan ibu.
Hari-hari menuju ujian terasa begitu cepat dan tak terasa aku dan teman-teman sudah melewati salah satu momen paling menentukan kelulusan kami nantinya yaitu ujian praktek. Seperti biasanya saat menghadapi ujian aku dan teman-teman pasti akan merasa agaktakut,gelisah, dan tentu saja grogi. Hari ini adalah haripertama ujian praktek , mata pelajaran yang diujikan yaitu Pendidikan Agama islam. Materi yang di ujikan ada 3 yaitu berwudhu, shalat subuh dan juga membaca Al-Quran. Materi pertama yaitu berwudhu aku cukup lancar melaksanakannya Tapi saat materi yang kedua yaitu shalat aku sungguh ceroboh saat itu pak Imam member kami petunjuk mengenai cara pelaksanaan ujian kali ini.
“Hari ini kita akan melaksanakan ujian prakek shalat subuh. Dan untuk kali ini ada tambahan nilai bagi yang membaca Doa Qunut dalam shalatnya. Tapi jangan khawatir bagi yang tidak hafal nilai kalian tidak akan dikurangi.” Tentu saja aku ingin mendapat nial lebih dan aku putuskan untuk membaca Doa Qunut tersebut.
“ Urutan selanjutnya Anita Wulandari.” Terdengar dari dalam namaku dipanggil akupun merasa agak takut dan gelisah.Dan ternyata ketakutanku itu justru membuat aku salah dalam melaksanakan ujian. Seharusnya aku membaca Doa Qunut pada saat rakaat kedua namun apa yang aku lakukan benar-benar memalukan. Karena begitu groginya aku membaca doa qunut pada saat rakaat pertama. Pada awalnya aku tak menyadarinya tapi saat aku lihat teman-teman yang lai sudah melakukan sujud dan hanya aku sendiri yang berdiri dan membaca doa qunut akupun sadar kalau aku salah.
Aku begitu panik aku takut kalau aku tidak lulus ujian ini. Bahkan setelah aku keluar rasa takut itu tak juga kunjung hilang sampai-sampai aku menangis karena takutnya.Begitupun hari-hari selanjutnya aku selalu saja membuat kesalahan-kesalahan kecil yang membuat ketakutanku semakin bertambah. Besok ada ujian praktik TIK dan aku harus mengerjakn tugas itu di komputer tapi pada waktu itu aku tak punya komputer ataupun laptop. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tapi beruntung arena aku masih punya orang tua yang begitu pedul terhadapku. Pengorbanan ayahku yang rela mencarika pinjaman laptop bagiku hingga malam hari membuat aku menjadi semakin termotivasi untuk menjadi orang yang sukses dan lebih baik sehingga aku bisa meringankan beban kedua orang tuaku dan membalas segala jasa mereka bagi aku dan kedua orang saudaraku.
Hari ini ada yang berbeda karena salah satu teman baikku yaitu Ratih belum juga berangkat. Tak seperti biasanya ia sudah ada di sekolah sejak pagi. Bel sudah hamper berbunyi tapi ia masih juga belum datang. Teman satu mejaku Tia akhirnya datang segera ku tanyakan padanya apa yang membuat Ratih hari ini tidak masuk.
“Tia, kamu tahu nggak kenapa Ratih hari ini nggak masuk.”Aku mencoba bertanya pada Tia karena Tia adalah salah satu tetangga dan juga saudara Ratih. Aku melihat ada ekspresi yang berbeda dari Tia,aku tak tahu apa yang terjadi pada Ratih.
“Nit, hari ini Ratih tidak masuk karena ayahnya meninggal dunia kemarin sore.” Begitu terkejutnya aku Karena kemarin sore Ratih masih baik-baik saja tak ada raut sedih di wajahnya ysng menunjuka kalau ia mempunyai masalah. Hari itu juga aku dan teman-temanpun mengumpulkan sedikit dana untuk membantu teman kami yang terkena musibah. Pihak sekolahpun ikut bersama kami semua datang melayat ke rumah Ratih.Sampai disana aku melihat banyak orang berada di salah satu rumah yang cukup sederhana.
Tak kulihat sosok Ratih, tapi saat aku masuk kedalam rumahnya aku dan teman-teman melihat Ratih dengan keadaan yang begitu berbeda dari sebelumnya.Wajahnya yang setiap hari selalu dihiasi semyum kini terlihat murung.Ia seakan tak percaya bahwa ayahnya telah pergi meninggalkannya. Aku dan teman-teman mencoba memberi semagat kepada Ratih agar ia tak terlalu larut dalam kesedihannya.
Selesai melayat dari rumah Ratih kamipun kembali ke sekolah dan sepanjang perjalanan itu aku sadar begitu berharganya kedua orang tua kita.Tanpa mereka aku takkan ada didunia ini tanpa mereka aku takkan bisa tumbuh seperti ini.Pelajaran hari itupun berlanjut seperti biasa karena waktu ujian sudah semakin dekat jadi tak ada waktu bagi kami untuk bersantai dan yang ada hanya belajar.Keadaan itu membuat aku sedikit lelah.Pagi ini seperti biasa aku berangkat sekolah dan langkahku kali ini dipayungi rinti-rintik hujan yang cukup membuat bajuku ini basah.
Detik demi detik berlalu dan sekarang tiba saatnya bagiku dan teman-teman melalui suatu langkah yag telah kami persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Suatu hal yang cukup membuat kami merasa takut yaitu ujian nasional.Ujian yag menjadi tolak ukur kelulusan kami dari sekolah yang berseragam putih biru ini. Pelajaran hari pertama ini adalah Bahasa Indonesia, jujur saja untuk mata pelajaran ini aku lumayam tegang Karena selama Try Out nilai bahasa indonesiaku jarang mendapat nilai yang lebih tinggi disbanding mata pelajaran lainnya. Bamyak hal yang aku khawatirkan mulai dari mengkhawatirkan jawabanku hingga aku mengkhawatirkan kertas jawabanku. Aku takut kalau-kalau kertas jawabanku itu tak bisa terbaca oleh computer dan aku gagal lulus ujian nasional. Karena tak jarag aku mendengar cerita mengenai orang-orang yang gagal dalam ujian karena kertas jawaban mereka tak bisa terbaca oleh computer.
4 hari yang bersejarah dalm hidupku akhirnya dapat aku lewati walau dengan perjuangan yang cukup melelahkan.Beberapa bulan akulewati dengan rasa bosan yang sangat menyebalkan.Karena sudah tak ada kegiatan disekolah akhirnya aku hanya berdiam diri di rumah. Aku mencoba mencari informasi mengenai beberapa sekolah yang rencananya aku akan mendaftar disana. Tapi disini ada satu lagi masalah dan lagi-lagi itu adalah biaya.Aku tahu sulit bagi orang tuaku untuk membiayai aku dan 2 orang saudaraku. Bahkan orang tuaku pernah berpir untuk menunda sekolahku satu tahun hingga kakakku lulus kuliah. Aku tahu memang berat bagi orang tuaku tapi keinginanku untuk terus bersekolah membuat aku tak mau menyerah.Dan melihat keinginanku yang begitu besar akhirnya orang tuakupun berusaha bagiku.
Pengumuman kelulusa ujian masih jauh akupun mulai mengikuti beberapa kegiatan di sekolah mengenai sosialisasi beberapa SMA.Aku mulai tertarik pada beberapa sekolah dan mencari informasi lebih lanjut mengenai sekolah itu.Sampai pada saatnya aku ikut mendaftar menjadi calon siswa baru di SMA Negeri Ajibarang melalui jalur PMBP.Aku tak terlalu berharap banyak dari jalur ini Karena banyak sekali siswa yang berminat untuk mengikuti pendaftaran ini dan yang diterima hanya beberapa siswa saja.Melihat beberapa sainganku akupun cukup minder apalagi mereka bersal dari SMP-SMP yang dikenal mempunyai siswa yang cerdas.
Beberapa hari kemudian akhirnya aku mendapat pengumuman mengenai hasil pendaftaranku.Aku tahu aku tak mempunyai harapa banyak karena masih banyak teman-teman yang mempunyai nilai lebih tinggi dariku dan ternyata dugaanku salah aku berhasil diterima di SMA negeri ajibarang dan aku sangat bersyukur. Dan esok harinya setelah menerima hasil penerimaan siswa baru aku menerima hasil kelulusan aku begitu takut aku akan gagal dalam ujian itu. Apalagi sebelum pengumuma kelulusan sudah tersiar kabar bahwa ada salah seorang siswa yang tidak lulus di kecamatanku. Akupun begitu takut myngkin saja itu adalah aku dan pukul 14.00 aku menerima pengumuman itu dan begitu leganya aku Karena aku berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Walaupun aku agak sedikit kecewa karena aku harus puas hanya bisa duduk di peringkat 3 paralel.Tapi aku harus tetap bersyukur karena aku bisa mendapat prestasi walau tak duduk di peringkat pertama.Aku berharap di sekolahku yang baru SMA Negeri Ajibarang aku bisa meraih prestasi yang lebih baik dari yang sebelumnya dan aku dapat menjadi anak yang membanggakan bagi orang tuaku walau mungkin untuk mendapatkan itu semua aku harus melalui jalan yang berat. Satu hal yang dapat aku jadikan pelajaran bahwa kupu-kupu yang indah tak langsung terlahir indah tapi ia harus melewati sebuah proses metamorphosis yang panjang dan melelahkan. Dan aku ingin menjadikupu-kupu itu yang bisa terbang dengan bebas.Pengalamanku selama ini membuat aku belajar menjadi dewasa sehingga aku dapat menjadi orang yang lebih baik di kedepannya.

Karya         : Anita Wulandari


No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Total Pageviews

Artikel Terpopuler