Anita, begitulah biasanya
teman-teman memanggilku. Aku lahir di keluarga yang sederhana di tengah desa
kecil yang jauh dari ramainya kota. Aku hidup bersama dua orang saudaraku dan
kedua orang tuaku.Kakakku Sinta ia adalah seorang mahasiswa dan adikku Riko ia
masih kelas 7 SMP. Walaupun kami lahir dari keluarga yang tak berkecukupan tapi
kami masih beruntung karena kami masih bisa mendapat pendidikan yang layak,
walau untuk mendapat pendidikan itu orang tuaku yang hanya seorang petani harus
bekerja keras membanting tulang demi memenuhi kebutuhan kami.Tapi keadaan
keluargaku yang tak berkecukupan tak menyurutkan asaku untuk meraih semua
prestasi dan mimpi-mimpiku.Walaupun aku tahu mungkin sulit bagiku untuk
mewujudakan semua mimpi-mimpi besarku.Bahkan untuk memimpikannyapun aku takut,
aku takut tak bisa mewujudkannya dan hanya rasa sakit dan kecewalah yang aku
dapatkan.Tapi saat aku melihat keadaan di sekitarku aku justru semskin berani
untuk bermimpi.Karena aku percaya impianku adalah kunci dari masa depanku.
Pagi ini seperti biasa aku bangun
pagi-pagi berpacu dengan kokok ayam untuk menjalani hari yang mungkin akan
melelahkan. Suara-suara para Muadzin mulai terdengar mengumandangkan
syair-syair Tuhan, sekaligus member kabar bahwa pagi telah menjelang.Segera ku
ambil air wudhu untuk bersujud dan duduk bersimpuh dihadapan-Nya. Ku
tengadahkan tangan ini berharap Allah akan mengabulkan pinta yang ku panjatkan,
berharap agar setiap detik yang kulalui hari ini akan berjalan lancer dan
selalu setiap langkahku akn diiringi dengan ridhonya. Waktu berjalan begitu
cepat akupun segera bersiap untuk pergi ke sekolah.Waktu semakin memburu akupun
berpamitan kepada kedua orang tuaku kucium tangan kedua orang tuaku,
tangan-tangan yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang.
Sungguh menyebalkan walaupun sudah bangu
pagi tapi tetap saja aku terlambat karena angkutan yang biasa mengantarku ke
sekolah dating terlambat hari itu. Tapi mau apa lagi karena hanya angkutan
itulah yang bisa mengantarku ke tempatku menimba ilmu. Tapi hari itu aku masih
beruntung karena pagi itu Pak Jarot guru biologi kami belum masuk ke kelas.Dan
seperti biasanya setiap ada pelajaran kosong bukannya belajar tapi
teman-temanku justru sibuk bermain sendiri dan membuat keributan disana sini.
Karena bagi mereka dimana tak ada guru disitu
gaduh tercipta. Mulai dari bergosip hingga bermain bola di dalam kelas
mereka lakukan.Walau tak ikut bermain bola tapi aku ikut terkena operan nyasar
yang mendarat tepat di kepalaku.
“aww….” Aku meringis
kesakitan.Kejadian itu benar-benar membuat aku kesal tapi aku berusaha menahan
kemarahanku.Sampai pada akhirnya kejadian itu berlangsung untuk yang kedua
kalinya dan kali ini aku benar-benar tak bisa menahan kemarahanku.Segera
kuambil bola itu dan kulempar keluar kelas.Namun sebelum kulempar bola itu Pak
Jarot lebih dulu masuk ke kelas.
“Ada apa ini?Mengapa ada rebut-ribut.”Pak
Jarot terlihat begitu marah.Kamipun hanya bisa diam dan tertunduk.Melihat bola
yang ada ditanganku Pak Jarot terlihat begitu heran.Diambilnya bola itu dan
raut wajah Pak Jarot yang serampun bertambah seram.
“Mengapa bisa ada bola di dalam
kelas?Apa yang kalian lakukan?” Tak mau jadi kambing hitam dan ikut mendapat
hukumn dari Pak Jarot aku dan teman-temanpun menceritakan apa yang dilakukan
Aldi dan teman-temannya dengan bola itu. Mengetahui hal itu Pak Jarotpun
menyita bola itu dan menghukum Aldi dan teman-temannya.
Setelah kejadian pagi itu kegiatan
belajar kamipun berlanjut kembali.Aku tahu sebenarnya Aldi dan teman-temannya
pasti agak kesal denganku Karen aku melaporkan mereka pada Pak Jarot tapi aku
tak mau ambil pusing dengan hal itu. Sebentar lagi ujian nasional akan
dilaksanakan Karen asekarang aku sudah kelas 9 jadi setiap hari Senin sampai Sabtu
kami mendapat jam tambahan tapi setiap hari Jumat kami libur. Memang kegiatan
di sekolah begitu melelahkan tapi aku mencoba untuk terus bersemangat.
Pulang kerumah itulah kegiatan yang
selalu aku lakukan setiap pulang sekolah.Tidak seperti teman-teman lain yang
mampir kesana sini dulu sekedar untuk mencari hiburan ditengah-tengah padatnya
kegiatan kami.Sebenrnya aku juga ingin seperti mereka tapi aku tahu bukan itu
yang diinginkan orang tuaku, dan bukan hal itu pula yang mereka harapkan
dariku.
Hari sudah menjelang malam
kegiatan-kegiatan wargapun sudah mulai berkurang.Akupun sudah mulai lelah dan
ingin segera beristirahat.Tak terasa pagi sudah kembali datang ibu sudah
terjaga dari tidurnya jauh sebelum aku terbangun.
“An, berusahalah dengan tekun agar
kamu bisa jadi orang yang besar. Agar kamu busa nenjadi orang yang sukses.”
Itulah kata-kata yang selalu ibuku ucapkan setiap pagi saat aku akan berangkat
sekolah. Dan kata-kata itu pula yang menjadi motivasiku selama ini.
Sore itu aku dan ayah sedang duduk
di teras rumah kami dan tiba-tiba mendapat telpon dari kakakku. Aku tak tahu
apa yang mereka bicarakan tapi dilihat dari raut wajah ayah kelihatannya itu
hal yang serius. Sore itu aku baru ingat bahwa besok ada buku yang harus aku
bayar.
“Yah besok aku harus membayar uang
buku.”Aku sebenarnya agak ragu mengatakan ini pada ayah Karen aku tahu ayah
tidak hanya membiayaiku tapi juga kakak dan adikku.
“An, gimana yah, Ayah sebenarnya
punya uang sedikit tapi itu juga mau ayah gunakan untuk membayar uang semester
kakakmu dan itupun masih kurang banyak. Jadi ayah mohon untuk sementara kamu
sanar dulu karena lusa kakakmu akan ujian semester dan bayarannya harus
lunas.”Ternyata benar dugaanku kakak menelpon Karena butuh biaya.
Awalnya aku kurang bisa menerima
keadaan ini karena aku merasa ayah dan ibu lebih mementingkan kakakku tapi lama
kelamaan aku mulai sadar kalau inilah keadaannya dan aku harus sabar
menerimanya walau sulit sekali bagiku.Aku tahu inilah keadaanku
kenyataanku.Pagi itu aku berangkat sekolah dengan perasaan yang agak sedikit
kecewa tapi aku harus bersyukur karena aku masih mempunyai uang tabungan yang
aku dapat karena mendapat prestasi di semester lalu sehingga uang itu bisa aku
gunakan terlebih dahulu untuk membayar uang buku.
Kegiatan seperti biasa di sekolah
belajar lalu istirahat.Sebenarnya ada rasa bosan tersendiri menyerangku setelah
aku menjalani aktivitas ini selama 9 tahun.Tapi karena adanya teman-teman yang
begitu menyenangkan rasa bosa itupun sedikit terobati. Huuuh…. jam pelajaran
terakhir energiku sepertinya sudah habis terkuras sejak tadi pagi tapi sayangsaat
energiku sudah hampir habis aku masih harus menggunakannya untuk mengikuti
ulangan IPS dan sudah pasti hafalan bertumpuk harus aku kuasai.
“Selamat siang anak-anak” bu Rapti
mengawali kegiatan kami hari itu.“Seperti yang ibu katakan sebelumnya bahwa
hari ini kita akan mengadakan ulangan.”
Teman-temanpun mulai bersiap tapi
mereka bukan bersiap menyediakan kertas ulangan melainkan merek bersiap
menyediakan kertas-kertas kecil sebagai senjata mereka dalam menghadapi
ulangan.“Baik, sekarang kalian siapkan lembar jawabnya dan jangan lupa
beriidentitas kalian.”Bu Rapti mulai member petunjuk pada kami.
Sepertinya hari itu memang bukan
hari keberuntunganku Karena beberpa materi yang aku hafalkan tidak keluar
justru materi-materi kecil yang aku anggap sepele menjadi boomerang bagi diriku
sendiri.Tapi hal itu justru menjadi pelajaran bagiku tidak semua hal yang kita
anggap penting itu utama tapi dari hal-hal sepele itulah kita bisa membuat
sesuatu menjadi lebih besar.
Waktu sudah menunjukan pukul 16.00
saatnya aku dan teman-teman pulang ke rumah Karen arumahku cukup jauh aku harus
menunggu angkutan yang lewat dan menunggu itu memeng hal yang paling
membosankan.Akhirnya angkutan itu datang juga.Jalan pulang kerumahku itu memang
luar biasa berbeda dari jalan-jalan lain jalan menuju desaku itu memang rusak
begitu parah.Maklum saja kepedulian masyarakat desaku pada fasilitas umum
akhir-akhir ini semakin berkurang.Mereka seakan tak lagi peduli pada
lingkungannya.
Rumah, suatu tempat yang membuatku
begitu nyaman tak peduli panas ataupun hujan bagiku rumah adalah tempat
berteduh yang paling menyenangkan. Bukan karena ada AC ataupun hal lain tapi
Karena adanya kehangatan kasi saying keluarga yang membuatku tenang. Tapi tak
selamanya rumahku diisi dengan kedamaian tak jarang pertengkaran terjadi
diantara keluarga kami.Tak jarang pula ayah dan ibuku terlibat adu pendapat
yang terjadi karena himpitan ekonomi.Aku,kakak dan adikku pun sering ribut
Karena hal-hal kecil dan ujungnya kami hanya mendapat “hadiah” kemarahan ibu.
Hari-hari menuju ujian terasa begitu
cepat dan tak terasa aku dan teman-teman sudah melewati salah satu momen paling
menentukan kelulusan kami nantinya yaitu ujian praktek. Seperti biasanya saat
menghadapi ujian aku dan teman-teman pasti akan merasa agaktakut,gelisah, dan
tentu saja grogi. Hari ini adalah haripertama ujian praktek , mata pelajaran
yang diujikan yaitu Pendidikan Agama islam. Materi yang di ujikan ada 3 yaitu
berwudhu, shalat subuh dan juga membaca Al-Quran. Materi pertama yaitu berwudhu
aku cukup lancar melaksanakannya Tapi saat materi yang kedua yaitu shalat aku
sungguh ceroboh saat itu pak Imam member kami petunjuk mengenai cara
pelaksanaan ujian kali ini.
“Hari ini kita akan melaksanakan
ujian prakek shalat subuh. Dan untuk kali ini ada tambahan nilai bagi yang
membaca Doa Qunut dalam shalatnya. Tapi jangan khawatir bagi yang tidak hafal
nilai kalian tidak akan dikurangi.” Tentu saja aku ingin mendapat nial lebih
dan aku putuskan untuk membaca Doa Qunut tersebut.
“ Urutan selanjutnya Anita
Wulandari.” Terdengar dari dalam namaku dipanggil akupun merasa agak takut dan
gelisah.Dan ternyata ketakutanku itu justru membuat aku salah dalam
melaksanakan ujian. Seharusnya aku membaca Doa Qunut pada saat rakaat kedua
namun apa yang aku lakukan benar-benar memalukan. Karena begitu groginya aku
membaca doa qunut pada saat rakaat pertama. Pada awalnya aku tak menyadarinya
tapi saat aku lihat teman-teman yang lai sudah melakukan sujud dan hanya aku
sendiri yang berdiri dan membaca doa qunut akupun sadar kalau aku salah.
Aku begitu panik aku takut kalau aku
tidak lulus ujian ini. Bahkan setelah aku keluar rasa takut itu tak juga
kunjung hilang sampai-sampai aku menangis karena takutnya.Begitupun hari-hari
selanjutnya aku selalu saja membuat kesalahan-kesalahan kecil yang membuat
ketakutanku semakin bertambah. Besok ada ujian praktik TIK dan aku harus
mengerjakn tugas itu di komputer tapi pada waktu itu aku tak punya komputer
ataupun laptop. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tapi beruntung arena aku
masih punya orang tua yang begitu pedul terhadapku. Pengorbanan ayahku yang
rela mencarika pinjaman laptop bagiku hingga malam hari membuat aku menjadi
semakin termotivasi untuk menjadi orang yang sukses dan lebih baik sehingga aku
bisa meringankan beban kedua orang tuaku dan membalas segala jasa mereka bagi
aku dan kedua orang saudaraku.
Hari ini ada yang berbeda karena
salah satu teman baikku yaitu Ratih belum juga berangkat. Tak seperti biasanya
ia sudah ada di sekolah sejak pagi. Bel sudah hamper berbunyi tapi ia masih
juga belum datang. Teman satu mejaku Tia akhirnya datang segera ku tanyakan
padanya apa yang membuat Ratih hari ini tidak masuk.
“Tia, kamu tahu nggak kenapa Ratih
hari ini nggak masuk.”Aku mencoba bertanya pada Tia karena Tia adalah salah
satu tetangga dan juga saudara Ratih. Aku melihat ada ekspresi yang berbeda
dari Tia,aku tak tahu apa yang terjadi pada Ratih.
“Nit, hari ini Ratih tidak masuk
karena ayahnya meninggal dunia kemarin sore.” Begitu terkejutnya aku Karena
kemarin sore Ratih masih baik-baik saja tak ada raut sedih di wajahnya ysng
menunjuka kalau ia mempunyai masalah. Hari itu juga aku dan teman-temanpun
mengumpulkan sedikit dana untuk membantu teman kami yang terkena musibah. Pihak
sekolahpun ikut bersama kami semua datang melayat ke rumah Ratih.Sampai disana
aku melihat banyak orang berada di salah satu rumah yang cukup sederhana.
Tak kulihat sosok Ratih, tapi saat
aku masuk kedalam rumahnya aku dan teman-teman melihat Ratih dengan keadaan
yang begitu berbeda dari sebelumnya.Wajahnya yang setiap hari selalu dihiasi
semyum kini terlihat murung.Ia seakan tak percaya bahwa ayahnya telah pergi
meninggalkannya. Aku dan teman-teman mencoba memberi semagat kepada Ratih agar
ia tak terlalu larut dalam kesedihannya.
Selesai melayat dari rumah Ratih
kamipun kembali ke sekolah dan sepanjang perjalanan itu aku sadar begitu
berharganya kedua orang tua kita.Tanpa mereka aku takkan ada didunia ini tanpa
mereka aku takkan bisa tumbuh seperti ini.Pelajaran hari itupun berlanjut
seperti biasa karena waktu ujian sudah semakin dekat jadi tak ada waktu bagi
kami untuk bersantai dan yang ada hanya belajar.Keadaan itu membuat aku sedikit
lelah.Pagi ini seperti biasa aku berangkat sekolah dan langkahku kali ini
dipayungi rinti-rintik hujan yang cukup membuat bajuku ini basah.
Detik demi detik berlalu dan
sekarang tiba saatnya bagiku dan teman-teman melalui suatu langkah yag telah
kami persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Suatu hal yang cukup membuat kami
merasa takut yaitu ujian nasional.Ujian yag menjadi tolak ukur kelulusan kami
dari sekolah yang berseragam putih biru ini. Pelajaran hari pertama ini adalah Bahasa
Indonesia, jujur saja untuk mata pelajaran ini aku lumayam tegang Karena selama
Try Out nilai bahasa indonesiaku jarang mendapat nilai yang lebih tinggi
disbanding mata pelajaran lainnya. Bamyak hal yang aku khawatirkan mulai dari
mengkhawatirkan jawabanku hingga aku mengkhawatirkan kertas jawabanku. Aku
takut kalau-kalau kertas jawabanku itu tak bisa terbaca oleh computer dan aku
gagal lulus ujian nasional. Karena tak jarag aku mendengar cerita mengenai
orang-orang yang gagal dalam ujian karena kertas jawaban mereka tak bisa
terbaca oleh computer.
4 hari yang bersejarah dalm hidupku
akhirnya dapat aku lewati walau dengan perjuangan yang cukup
melelahkan.Beberapa bulan akulewati dengan rasa bosan yang sangat
menyebalkan.Karena sudah tak ada kegiatan disekolah akhirnya aku hanya berdiam
diri di rumah. Aku mencoba mencari informasi mengenai beberapa sekolah yang
rencananya aku akan mendaftar disana. Tapi disini ada satu lagi masalah dan
lagi-lagi itu adalah biaya.Aku tahu sulit bagi orang tuaku untuk membiayai aku
dan 2 orang saudaraku. Bahkan orang tuaku pernah berpir untuk menunda sekolahku
satu tahun hingga kakakku lulus kuliah. Aku tahu memang berat bagi orang tuaku
tapi keinginanku untuk terus bersekolah membuat aku tak mau menyerah.Dan
melihat keinginanku yang begitu besar akhirnya orang tuakupun berusaha bagiku.
Pengumuman kelulusa ujian masih jauh
akupun mulai mengikuti beberapa kegiatan di sekolah mengenai sosialisasi
beberapa SMA.Aku mulai tertarik pada beberapa sekolah dan mencari informasi
lebih lanjut mengenai sekolah itu.Sampai pada saatnya aku ikut mendaftar
menjadi calon siswa baru di SMA Negeri Ajibarang melalui jalur PMBP.Aku tak
terlalu berharap banyak dari jalur ini Karena banyak sekali siswa yang berminat
untuk mengikuti pendaftaran ini dan yang diterima hanya beberapa siswa saja.Melihat
beberapa sainganku akupun cukup minder apalagi mereka bersal dari SMP-SMP yang
dikenal mempunyai siswa yang cerdas.
Beberapa hari kemudian akhirnya aku
mendapat pengumuman mengenai hasil pendaftaranku.Aku tahu aku tak mempunyai
harapa banyak karena masih banyak teman-teman yang mempunyai nilai lebih tinggi
dariku dan ternyata dugaanku salah aku berhasil diterima di SMA negeri
ajibarang dan aku sangat bersyukur. Dan esok harinya setelah menerima hasil
penerimaan siswa baru aku menerima hasil kelulusan aku begitu takut aku akan
gagal dalam ujian itu. Apalagi sebelum pengumuma kelulusan sudah tersiar kabar
bahwa ada salah seorang siswa yang tidak lulus di kecamatanku. Akupun begitu
takut myngkin saja itu adalah aku dan pukul 14.00 aku menerima pengumuman itu
dan begitu leganya aku Karena aku berhasil lulus dengan nilai yang cukup
memuaskan. Walaupun aku agak sedikit kecewa karena aku harus puas hanya bisa
duduk di peringkat 3 paralel.Tapi aku harus tetap bersyukur karena aku bisa mendapat
prestasi walau tak duduk di peringkat pertama.Aku berharap di sekolahku yang
baru SMA Negeri Ajibarang aku bisa meraih prestasi yang lebih baik dari yang
sebelumnya dan aku dapat menjadi anak yang membanggakan bagi orang tuaku walau
mungkin untuk mendapatkan itu semua aku harus melalui jalan yang berat. Satu
hal yang dapat aku jadikan pelajaran bahwa kupu-kupu yang indah tak langsung terlahir indah tapi ia harus melewati sebuah proses
metamorphosis yang panjang dan melelahkan. Dan aku ingin menjadikupu-kupu itu
yang bisa terbang dengan bebas.Pengalamanku selama ini membuat aku belajar
menjadi dewasa sehingga aku dapat menjadi orang yang lebih baik di kedepannya.
Karya : Anita Wulandari
No comments:
Post a Comment