Friday 28 April 2017

CERPEN: CINTAKU TAK BERTUAN


Bagi para remaja di zaman modern ini pasti mengalami peristiwa maupun pengalaman ini. Tak lain aku, Hanung Pratiwi. Aku sudah 16 tahun aku menapaki kehidupan ini.yang juga seorang remaja pencari cinta. Sejak aku lahir hingga sekarang belum pernah sekalipun aku pacaran. Aku ingin berabgi pengalamanku ini kepada orang lain. Untuk itu kutulis sebuah cerita satu dari ribuan pengalaman hidupku.
Inilah sepenggal kisah cintaku……
Aku, siswi SMA yng sedang masanya menjadi anak muda. Tetapi nukan juga aku disebut ABG. Istilah itu sudah tak berarti lagi untuku. Kisah cintaku ini ku mulai dari aku duduk di kelas 8 SMP. Waktu itu aku masih sangat polosnya mengerti tentang arti cinta. Aku begitu cuek, judes dan apa adnya. Aku merasa selama aku lahir kedunia ini hanya rasa biasa yang aku rasakan tentan ghidup ini. Dalam hidupku ini teman, sahabat dan keluarga yang selalu ada dan menemaniku. Lulus dari SD aku berubah dari anak-anak menjadi seorang renaja. Sama seperti orang sebayaku. Begitu asyiknya aku dalam kehidupanku. Aku tak pernah menyadarai bahwa orang-orang disekitarku lambat laun mulai tak mengerti jalan pikirku. Kurasa hidup sebagai anak yang pandai sudah cukup bagiku. Di sekelilingku Nampak remaja berpasang-pasangan mengumbar kemesraan mereka. Saat itu lalu aku menyadarai apa aku ini sudahmenjadi remaja normal pada umumnya??? Dalam hatiku hanya kalimat itu yang aku tanya pada diriku sendiri.
Tuhan, apa kau bisa mengalami saat-saat itu bersama orang yang aku sayangi? Tiba-tiba saja sahabatku menghampiri. Dia adalah sahabatku yang terbaik. Kami selalu bersama dimanapun. Lewat dialah aku mengenal cinta. Aku selalu belajar dari dia entah itu hal sepele tentang cinta, CINTA kata itu terdiri dari 5 huruf yang punya arti mendalam bagi orang-orang yang betul-betul memaknainya. Aku pernah bertanya “Tan, kamu udah pernah pacaran?” tanyaku. Lalu Kintan menjawab “Belum lah memangnya kamu pernah melihat aku dengan cowok. Hayyo.. tumben kamu Tanya gitu? “Jaah, apaan siaku kan Cuma pengin tau aja. Kenapa si pacaran memang harus ya?? (Tanpa tersadar kepolosanku membuatku malu sendiri) Kintan hanya membalasku dengan tertawa. Bodohnya aku melontarkan kata-kata seperti itu. Pernah sih ya aku ngerasa tertarik pada seorang cowo. Tapi itu hanya hinggap dihatiku secepat kilat menyambar. Lama kelamaan cowo itu menunjukan sifat ngeebosenin. Saat itu juga aku langsung berpaling. Detik berjalan, hari berganti, tahun meninggalkan masa laulnya aku hidup dalam kesendirian ku sebagai pelajar.
Aku duduk di teras rumah sambil melihat lalu lalang kendaraan yng lewat. Tiba-tiba ada cowok meliriku hatiku langsung berdebar. Cowok itu melempar senyum kepadaku. Aku jadi salah tingakah. “Hahaha………..hanya itu yang terlontar dari mulutku setelah aku masuk kerumah. Tapi cowok itu lewat di hatiku.
Nah…..inilah waktunya tiba.
“Tuhan itu adil yah” kataku. Akhirnya aku menemukan cinta. Sejak lulus dari SD aku merasa mendapatkan balasan karena dulu pernah ada teman dekatku yang menyukaiku tapi aku sangat bersikap acuh tak acuh kepadanya. Aku jadi merasa bersalah kepadanya. Tapi penyesalan itu teralmbat dan tiada guna lagi.
Haaa….. aku sudah tidak mengingat lagi waktu itu. Jelasnya yang aku ingat pada saat pembagian siswa naik ke kelas IX. Sebenarnya sebelum itu aku sudah mulai beranjak mengenalnya. Aku mengenal dia lewat SMS. Nomor cowok itu aku dapat dari salah seorang teman SD ku yang juga pernah satu kelas dengan cowok itu semasa di kelas VII. Aku anak kelas VII F sedang cowok itu adalah anak kelas VIII C.
Pertama kali aku mengirimi pesan kepadanya langsung dibalas. Sebenarnya sih aku takut, malu. Tetapi aku nekat aja. Eh, malah berbuah manis deh hasilnya. Jantungku berdebar-debar menunggu jawaban pesan darinya. Cowok itu membalas “Maaf ini siapa yah??? Apa kenal dengan saya?” saat itu juga aku membalasnya seperti ini “ini teman kamu, kenal kok Cuma kamu yang belum kenal aku.” Yeeee….. aku bahagia banget. Cowok itu ganteng, pintar, taat agama, tinggi lagi. Nggak pernah terpikir olehku bisa mengenal cowok itu. Cowok itu namanya Angga.nama pangilanya aja ya?? Soalnya lengkapnya si masih rahasia.
Hari demi hari aku mengenal dia. Dia begitu baik, perhatiankepadaku. Aku berharap semoga itu memang benar bukan hanya tipunya saja. Kalu dia lagi tersenyum manis sekali di pandang ditambah hidungnya mancung lagi. Aku kenal dia selama libur panjang sehabis Ulangan Akhir Semester II Kelas VIII. Dua minggu lamanya. Rasanya aku sudah cocok denganya. Namun aku gadis runahab yang kurang mengerti cinta selalu telat mikir kalau ditanya tentang sesuatu oleh dia. Maklum aku sudahterbiasa dan secara tidak langsung aturan-aturanyang diterapkan ibu kepadaku sudah melekat. Ibu mengatakan padaku kalau aku harusnya jangan pacaran dahulu selama aku masih sekolah. Ibu begitu khawatir kalau aku pacaraan nanti prestasi disekoklahku menurun. Dan aku selalu ingat aturan dan nasehat ibu. Ibuku itu orangnya keras, disiplin, otomatis galak. Jadi, apapun yang diperintah ibu pasti aku harusnurut. Ada konsekuensi tersendiri bagiku jika aku melawanya. Ibuku telah menerapkan aturan itu kepada setiap anak-anaknya. Hanya saja aturan itu tidak berlaku lagi bagiku kakaku. Maklum saja anak cowo sulit untuk di atur.
Aku tidak pernah memperlihatkan tingkahlakuku mengemai persoalan cowok kepada ibuku. Tau-tau mungkin saja aku nggak di beliin pulsa lagi atau lebih parahnya beliau bisa menyita ponsel dariku. Huffttt!!! Akuselalu sembunyi-sembunyi kalau mengenai percintaan.
Dua minggu berlaku tiba waktunya hari pembagian kelas IX tiba. Aku takut kalau aku harus sekelas dengan Angga. Senemarmya aku sudah berbohong kepadanya. Awlnya si Cuma iseng tapi malah jadi bumeranguntuku. Keringatku mengalir deras. Benarkan??! Apa yang aku takutkan  benar-benar terajdi. Aku, Kintan dan Angga berada dalam satu kelas yaitu di IX B. aku bingung apakah aku harus senang, seidh atau takut kalau Angga mengetahui semuanya. Tapi, waktu itu pikiranku masih pendek. Aku malah berbalik rasa menjadi senang. Aku tahu apapun yang sedang di awali kebohongan pasti berakhir tak baik. Aku nekat melawan semua kekhawatiran itu. Dalam ruang kebohongan itu aku semakin kenal, nyaman, akrab dengan Angga. Di balik itu aku hanya satu kelas dengan Angga selama kurang lebih 3 bulan. Setelah waktu itu terlampaui maka harus dia cek kembali. Di pesan aku tidak malu lagi dengan Angga tetapi kalau harus bertemu atau tidak sengaja jalan searah kami malah diam. Kami malu satu sama lain. Berbicara atau bercakap. Namun, kalua diluar sekolah kami tak malu lagi. Di awal di mengirimku pesan pasti selalu mengawali dengan ucapan salam.
Tiba-tiba saja Angga memanggilku dengan sebutan “Neng.” Aku Tanya kenapa dia memanggilku seperti itu, jawabnya karena “Kamu tuh polos, sopan,” dag dig  dug ya udah aku jadi panggil dia “Aa”. Percaya diri banget aku waktu itu. Angga adalah salah satu anak regu inti Pramuka SMP kami. Kesibukan dia selalu membuat dia semakin dewasa. Dia harus pulang pergi dalam perlombaan. Aku mengerti akan keadaan itu. Rasa perhatianya pun tidak berkurang sedikitpun. Waktu mau berlomba di LT I Pramuka di meminta doa dariku. Tapi semalaman lebih dia tidak mengirimi kabar kepadaku. Menurut informasi memang kegiatanya sangat padat dan tidak diperkenankan membawa ponsel kata Pembina Pramuka.
Aku percaya saja memang setelah aku bertanya dengan beberapa temanku yang tergabung dalam regu inti pramuka memang benar adanya informasi tersebut. Sel;ama 3 hari 3 malam tak ada kabar darinya. Kebetulan saudar yang rumahnya bersebelahan dengan diajuga satu kelas denganku. Aku cukup mengenalnya. Namanya Indah. Lewat indah aku adi tahu rumah Angga. Saat itu juga aku dan sahabatku, KIntan main kerumah Indah. Sebenarnya si ingin tah rumah Angga. Aku megunjungi salah satu objek wisata dekat rumah Angga.
Di objek wisata itu aku menikmati pemandangan dan udara yang sejuk. Aku bertanya pada Indah.
“Ndah, Angga sering ngga main kesini??” kataku.
“Ya, kadang. Paling selama 1 bulan 2 tau 3 kali kesini.” Jawab indah.
Tanpaindah ketahui, aku terus menggali sejumlah pertanyaan kepada indah seputar Angga.mulai dari hobinya, mantan cewek-ceweknya, kepribadian dia sehari-hari dan masih banyak lagi dan nggak mungkin aku tulis momen ini. Terselip kekecewaan juga setelah aku menanyakan ke Indah. Hatiku agak tersentak saat Indah mengatakan “Emmm…..Angga si sebenernya baik dan dia itu pernah menyukai seorang cewek, namanya Eka, nung”…..kepadaku.
“Apa dia pernah pacaran dan dia masih suka??” tanyaku.
“Ngga, mereka belum pernah pacaran mereka nggak berani untuk mengatakan perasaab mereka satu sama lain. Dan kayanya si Angga masih suka dengan Eka.” Jawab Indah.
Hatiku terenyuh, itu sama sepeti yang aku alami sat ini. “Sebenernya apa si maksud Angga mendekatiku selama ini??!!” kebingunganku hatiku terasa makin besar.
“Entahlah. Biarku tahu sendiri dari orangnya” dengung hatiku sambil menenangkan sendiri hatiku.
Aku masih pecaya dengan Angga. Angga sudah menjelaskan kepadaku. Aku merasa bersalah. Aku merasa aku ini bukan siapa-siapa Angga dan memang benar. Hubungan kami ini menggantung. Pacar bukan, sahabat lebih. Aku mencari waktu kapan yang tepat agar aku bisa mengakui kebohonganku. Sebenarnya aku ini bingung kalau Angga tahu aku takut d ia marah dan nggak mau kenal lagi sama aku. Di lain sisi juga akiu tidak tega embohonginya secara terus menerus. Sebagai cewek aku tidak pernah suka dengan hubungan yang tidak jelas.
Waktu itu aku izin tidak masuk ke sekolah karena suatu hal yang mendesak. Satu hari itu juga nggak ketemu Anga. Angga mengirimiku pesan.
“Neng, kok nggak berangkat sekolah sakit apah??” Tanya Angga sambil memberiu smile pertanda seidh.
Kubuka pesan darinya dan aku jawab.
“Nggak lagi sakit ngga kok A. ini ad kepentingan keluarga.”
Esok harinya aku masuk ke sekokolah. Malamnya Angga mengeluh kepalanya karena melerai temanya berkelahi. Aku bingung mau kasih saran apa, aku ngga ada hak sama sekali untuk perhatiin dia lebih. Selama kami mengenal tidak pernah dari aku maupun Angga mengungkit masalah hubungan yang menggantung ini. Rasa sukaku berubah menjadi cinta. Aku tak tahu bagai mana perasaanya melalui tingkah laku. Aku jadi semakin berat untuk mengungkapkan kebohonganku selama ini.
Tiga bulan sudah, kini Angga menjadi anak kelas IX D. tau-tau dia dekat dengan cewek. Aku marah selama satu minggu lebih aku mengacuhkanya. Pesan, senyuman tak pernah aku hiraukan. Aku tahu kalau ini memang hasil yang aku panen disaat aku akan berkat ajujur dia malah kembali menjadi pribadi semula saat pertama aku mengenalnya. Aku bersikeras hendak mengatakanya namun Angga berkata “Tidak ada yang harus kamu jelaskan kepadaku. Aku yang salah aku minta maaf. Sekarang mau kamu apa?”
“Aku nggak mau apa-apa. Cuma kamu jujur perasaan kamu sekarang ke aku, ngga. Sadar nggak si kamu tuh bikin menggantung??” balasku.
Dia tak membalas pesan dariku. Dia hanya menjawab “Aku minta maaf”
Cintaku ini tak bertuan. Bukan milik siapa-siapa. “Apa harus aku menutup hatiku hanya untuk Angga?” keluh hatiku.
Buat apa perasaanku aku sakiti sendiri. Aku lebih memilih jalan break sampai saat ini. Satu tahun telah meninggalkanku………
Sekarang aku sudah menjadi siswi SMA sedangkan dia kini bersekolah di sebuah SMK. Sampai detik ini pun kami masih berkomunikasi. Setiap tiga hari sekali pasti Angga menghubungiku. Kami masih tetap bersikap baik satu sam lain.
Sekarangpun cintaku tak bertuan masih berlaku dalam hatiku. Dan detik ini juga belum aku ungkapkan kebohongan di masa lalu karena diantara kami tidak ada sesuatu yang harus dipertanyakan lagi. Kami sudah cukup dewasa. Bagiku ini hanya sebagai pengalaman cinta yang menyakitkan dalam perjalanan hidupku.
Muncul masalah baru. Teman lama SDku membuat kejutan bagiku. Kejutan itu tidak main-main dan pasti masih ada hubunganya dengan Angga.
Aku benar-benar tak menyangka mas laluku harus muncul kembali. Aku masih ingat betul waktu itu.
Tiba-tiba saja seorang mengirimiku pesan
“Assalamu’alaikum.” Kata cowok itu.
Detik itu pula aku sedang tidak memiliki pulsa, jadi ya jelas aku mgga bisa balas pesanya. Aku penasaran.
“Kira-kira siapa ya seseorang ini??” tanyaku pad adiri sendiri.
Tiga hari yang akan datang akhirnya punya pulsa juga. Secepat kilat aku langsung berusaha mencari si misterius itu. Pesan yang waktu itu masih aku simpan. Lalu aku membalas pesanya.
“Wa’alaikum salam. Maaf ini siapa yah?” balasku padanya.
Si misterius itu menjawab “Ini aku teman lama SDmu!!”
“Siapa?? Dari SD, SMP atau teman waktu kecilku?? Jawabku
“SD….” Katanya.
Waktu itu juga aku langsung tahu kalau si misterius ini pasti orang yang pernah suka denganku.
“Gimana nih…ya?? Malu banget aku gelisah hatiku.
Dengan ras agak kurang bersalah aku lanjutkan percakapanku dengan si misterius ini melalui pesan.
“Kok kamu bias dapet nomerku??” tanyaku.
“ya, bias dong. Apa si yang ngga bias bagiku.” Seru si misterius ini.
“dari siapa sih?? Serius nih!” balasku lagi dengan perasaan yang mulai resah.
“Tanya aja sama si Angga.” Balas dia.
“Angga siapa?? Banyak tau yang namanya Angga.” jawabku.
“Ya, Angga Adhi Prasetyo yang aku kenal.” Balasnya.
Petanyaan besar timbul dalam diriku.
“Apa sih hubungan mereka??” keluh hatiku.
Yaps, si misterius ini bernama Hendris. Tingi, kulit sawo matang dan lucu orangnya.
Hari berikutnya aku Tanya pada Angga.
“Angga, kamu tau nomer ini?? Tanyaku
“Ya, Nung. Aku tahu itu nomor Hendris” balasnya
“Wah…..wah runyam nih jadinya.” Kataku sendiri
Masalah yang seharusnya tak perlu kembali muncul malah menjadi problem beralur panjang. Aku kembali mereview masa lalulku. Mungkin si Hendris ini terlalu sakit hati dengan perlakuanku waktu itu. Aku sadar si mungkin ini balasan yang diberikan oleh yang Maha Kuasa.
Kalau dipikir dengan logika bukan dengan perasaan ada benarnya juga. Dari lulus SD belum pernah aku menjalani hubungan seperti pacaran. Tak heran memang kalu disangkut pautkan pasti akan terbukti kebenaranya.
Sejak kejadian itu, dipikiranku terus menjadi bayangan yang menyusahkan dank arena itu juga aku jadi sering mengernyitkan dahi. Melamun sering aku jalani dan jadi bahan isenganan sahabat-sahabatku.
Dari pengakuan Anggakalau Angga dan Hendris itu duduk sebangku. Mereka sama-sama bersekolah di sekolah SMK Bunda Satria Wangon. Mereka juga sam-sama ada di kelas X TMO G. satu dari Alumni SMP Negeri 1 Wangon yang satu alumni SMP PGRI Wangon. Terlihat jelas dari sekolah yang sangat berbeda dari segi pandangan pendidikan.
Lambat laun Angga dan aku sekmakin renggang. Rasa yang aku miliki hanya sia-sia saja. Lagi pula buat apa aku pertahankan. Tetapi untuk mrenghilangkannya jauh lebih sulit dari apa yang aku bayangkan sebelumnya.
Penyebabnya adalah hubungan yang menggantung. Terlalu bodohnya aku hanyut dalam tipu dayanya. Penampilan luar saja pun tak cukup dipandang sebagai tolak ukur kepribadiab seseorang baik itu cewek maupun cowok. Nggak peduli cewek itu berjilbab atau tidaknya. Moral dan kecantikan  hati yang baik itulah yang susah untuk ditemukan.
Begitu banyak orang di dunia ini yang tidak mempunyai moral. Mereka hanya memikirkan kebahagiaan duniawi. Tak sekalipun penah terpikir oleh mereka bagaimana memperbaiki diri dan kepribadian. Seperti tak ingin mendapat kebahagiaan yang lebih kekal lagi yaitu di akhirat.
Begitupun aku yang sudah tahu salah tetapi membiarkanya mengalir begitu saja. Tak banyak pengalaman cintaku tak banyak juga pengalaman yang kualami dari kesalahan-kesalahan dalam sebuah percintaan.
Kini aku menjadi sering merenungi diri. Tak banyak yang dapat aku lakukan untuk memperbaiki diriku.
Seminggu berlalu. Tantangan dan rintangan masih siap untuk mengahadangku. Tugas-tugas di sekolah pun kian menumpuk. Esok harinya, aku menciba bercerita kepada sahabatku Riska. Aku mencoba.melepas sedikit ganjalan di pikiranku yang terus menyesakan dada. Saran-saran positif telah banyak aku terima. Tak lain mengenai permasalahan hatiku. Cinta yang hinggap di tubuhku terlalu menyakitiku. Dan aku pernah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah putus asa dalam hidup hanya karena sebuah masalah sepele yaitu PERCINTAAN.
Usiaku masih terlalu muda untuk hal-hal seperti itu yang tidak berguna. Masa depan dan cita-cita harus aku capai dengan sukses. Aku juga tidak mau mengecewakan kedua orang tuaku dan orang-orang disekitarku.
Baik dari sisi Angga maupun Haris tak ada yang lebih baik menurutku. Jika aku menginginkan salah satu dari mereka untuk menjadi miliku maka aku seperti membuka masa suramku kembali. Aku juga seperti membuka pintu permasalahan yang sama. Dalam permasalahan ini juga aku belum dewasadalam menyikapinya.
Kurasa mereka bukan pasangan aku. Mereka hanya orang yang hinggap di hatiku sekejap saja.
Biarkanlah persahabatan mengalir apa adanya seperti air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menghanyutkan.
Biarkan juga “CINTA TAK BERTUAN” dalam hatiku ku coba menghilangkanya. Aku percaya sekecil apapun hal yang kita kerjakab pasti ada hasil yang kita rasakan.

SELESAI


No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Total Pageviews

Artikel Terpopuler